crtdalam Serta dengan lembut ia mensterilkan air sperma yang berleleran di penisku serta vaginanya dengan daster yang tadi dikenakannya. Sebentar saya buat kopi dahulu ya, supaya kalian semangat lagi, Ia keluar dari kamarku sembari bawa dasternya yang sudah kotor. Warnanya dia menyempatkan ke kamar mandi, sebab kudengar dia menyiram serta membilas badannya. Lumayan lama dia melaksanakan itu di kamar mandi. Baru dia kembali ke kamarku dengan bawa segelas besar kopi panas kesukaanku yang dibuatnya. Dia menggunakan kain panjang yang dililitkan sebatas dadanya. Kopinya aku minum dahulu ya bu, Oh ya, ya. Silahkan diminum nanti keburu dingin, Menyeruput sebagian tegukan kopi panas buatannya membuatku kembali bergairah. Saya menyempatkan diri cuci rudalku di kamar mandi. Kendati tadi telah dibersihkan olehnya, namun rasanya kurang bersih serta agak kaku. Bisa jadi sebab mani yang mengering. Kala saya kembali ke kamar, Ia langsung menggenggam penisku yang masih layu. Bisa jadi dia telah mau gairahnya tertuntaskan serta bermaksud membangkitkan kejantananku dengan mengelus serta meremas- remasnya. Namun dengan halus kutepis tangannya. Saya telentang saja… kataku. Ia naik atas ranjang serta saya lekas menyusulnya. Dia yang sudah berbaring dengan posisi mengangkang, kudekati bagian dasar badannya pas di antara kedua pahanya. Ah, liang sanggamanya telah banyak kerutan paling utama di bagian bibir kemaluannya. Rupanya coklat kehitaman. Apalagi terdapat bagian dagingnya yang menggelambir keluar. Dia berupaya menutupi kemaluannya dengan tangannya. Bisa jadi dia malu bagian sangat rahasia miliknya dipelototi begitu. Namun lekas kusingkirkan tangannya. Serta kala tanganku mulai melaksanakan sentuhan di situ, dia mandah saja. Apalagi dikala telunjuk jari tanganku mulai mencoloknya, dia mendesah. Tidak puas cuma memasukkan satu jari, jari tengahku menyusul masuk mencoloknya. Kedua jariku terus menjadi basah oleh cairan vaginanya. Baunya sangat khas, entah mirip bau apa, susah kucarikan padanannya. Cuma yang tentu, bau vaginanya tidak membuatku jijik. Hidungku terus menjadi kudekatkan buat lebih membauinya. Namun kala lidahku mulai kugunakan buat menyapu bagian luar bibir vaginanya dia memberontak. Hiiii, jangan Tris, ah… ah.. jorok ah. Kalian tidak jijik? Shhh, akhhh shhh,. shhhh, Dia berupaya menolakkan kepalaku menjauhkan mulutku dari lubang nikmatnya. Saya senantiasa nekad, mulut serta lidahku tambah liar menggeremusi dengan gemas liang sanggamanya itu. Sampai dia makin menggelepar serta menggelinjang. Mulutnya mendesis semacam orang kepedasan. Mulut serta lidahku yang meliar ke bagian dalam vaginanya memunculkan sensasi tertentu. Berulang kali dia mengangkut pantatnya serta membuat lidah serta mulutku terus menjadi memencet serta memencet ke kedalamannya. Ludahku yang bercampur dengan cairan vaginanya menjadikan lubang nikmatnya terasa sangat basah. Namun, kala lidahku mulai melaksanakan sapuan ke lubang duburnya dengan metode mengangkut sedikit pantatnya, dia kembali berontak. Apa- apaan ini, hiii… jangan ah kotor. Uhhh, ahhh, shhh… shh, Saya kerap memandang film BF, dikala perempuan dijilati lubang anusnya, dia tambah menggelinjang serta merintih. Berarti lubang dubur sangat peka oleh sentuhan. Serta memanglah teruji, Ia tambah merintih serta mengerang. Cuma baru sebagian dikala sapuan kulakukan, badannya sudah mengejang. Kedua pahanya menjepit kencang kepalaku disusul dengan mengejutnya dubur serta lubang vaginanya. Ohhh, saya telah lezat Tris. Kalian sih menjilat- jilat di sana. Kalian telah kerap ya melaksanakan dengan perempuan, Tidak bu, Kok kalian ketahui yang semacam itu, Aku cuma ikut- ikutan adegan film BF Ujarku. Ayahnya Titi( panggilan Nastiti, anaknya) sih jangankan menjilat dubur. Menjilati Miss V saya saja tidak sempat, katanya. Kubiarkan dia sesaat meredakan nafasnya yang memburu. Kemudian saya mulai menindih badannya kala dia melaporkan siap buat melaksanakan game selanjutnya. penisku mulai naik- turun keluar- masuk dari liang sanggamanya. Bunyinya sangat khas serta membuatku tambah bergairah. Sedangkan tanganku tidak henti- hentinya meremasi susu- susunya. Pentil susunya yang besar serta membeku kusedot- sedot dengan mulutku. Itu buatnya keenakan serta kembali mendesah. Dia tidak ingin kalah. Pinggulnya mulai digoyang. Pantat besarnya dijadikan landasan buat menggoyang. Jadilah barang bundar panjang milikku yang terletak di dalamnya mulai merasakan nikmat oleh gesekan bilik vaginanya. Goyangan pinggul serta naik- turunnya tubuhku di bagian dasar kayaknya seirama. Terasa syuur, serta ah, nikmat. Tidak kurang ingat, sesekali bibirnya kucium. Dia membalasnya lebih hangat. Lidahku disedotnya nikmat. Jadilah kami bak sejoli pacar yang tengah meluahkan gairah. Silih berpacu serta silih berikan kenikmatan. Saya tidak hirau lagi kalau yang tengah kusetubuhi merupakan bunda kostku. Perempuan yang jauh lebih tua umurnya serta sepanjang ini kuhormati sebab penampilannya yang senantiasa terlihat santun. Tidak kusangka dia menaruh bara yang siap melelehkan. Liang nikmat Ia mulai berdenyut- denyut kembali. Bisa jadi dia hendak kembali orgasme semacam yang pula tengah kurasakan. Puncaknya, kala Ia mulai merintih serta makin mendesah, tanganku mulai menyelinap ke pinggulnya serta menyelusup ke pantatnya. Di situ saya meremas serta mencari celah supaya bisa memegang duburnya. Serta sehabis terpegang, jari telunjukku mencolek- colek lubang anusnya. Dampaknya matanya semacam membelalak serta cuma menampakkan warna putihnya. Dirangsang di 2 lubangnya sekalian buatnya semacam cacing kepanasan. Hingga kala badannya terus menjadi mengejang, serta tubuhku dipeluknya erat. Jari telunjukku kupaksa masuk ke lubang duburnya. Lagi penisku kubenamkan sekuatnya di vaginanya. Jadilah pertahanan perempuan itu ambrol, vaginanya makin berdenyut serta menjepit sedangkan erangannya terus menjadi kencang serta apalagi vaginaik. Ah, saya puas sekali Tris. Baru kali ini saya merasakan yang semacam ini, katanya. Kami masih terkapar di ranjang. Terdapat rasa ngilu serta tulang- tulangku semacam dilolosi. Namun sangat nikmat. Terdapat 3 ronde game yang kulakukan malam itu. Ia mengaku sangat kecapaian kala saya memintanya kembali. Menjelang subuh, dia pamit buat kembali ke kamarnya. Jika kalian suka, saya siap melaksanakannya tiap waktu. Namun tolong jaga erat- erat rahasia kita ini, ucapnya berpesan. Saya mengangguk sepakat. Apalagi saat sebelum keluar dari kamarku dia kuhadiahi ciuman panjang. Pantat besarnya kuremas- remas gemas serta hampir punyaku bangkit kembali. Telah ah, esok malam dapat kita sambung lagi. Kalian Tris, esok wajib kuliah kan, katanya. Bergegas dia menyelinap keluar dari kamarku. Khawatir dengan gairahnya yang kembali terpancing. Perselingkuhanku dengannya terus berlangsung. Di tiap peluang, jika tidak saya yang mengajaknya, dia yang mengambil insiatif. Apalagi di siang hari, jika saya lagi ngebet, terencana bolos dari kampus. Mampir ke warungnya serta berikan kode, kemudian dia hendak kembali menyempatkan melayaniku di kamarku ataupun di kamarnya. Semacam siang itu, sebab cuma terdapat satu mata kuliah, saya kembali agak siang dari kampus. Saya langsung ke warung buat makan siang serta bermaksud berikan kode pada bunda kostku. Namun dia tidak di situ. Bunda baru saja kembali, bisa jadi buat rehat, kata Yu Narsih, pembantunya yang terdapat menunggu warung melayani pembeli. Jarak antara warung dengan rumah memanglah dekat tidak lebih dari 50 m. Hingga sehabis menyantap makan siangku, saya langsung ngabur ke rumah. Ia tidak lagi tidur semacam yang kusangka. Dia lagi melipati baju yang sudah diambilnya dari jemuran duduk di ruang tengah. Hingga bawah telah horny, kudekati dia serta kupeluk dari balik. Kuliahnya leluasa Tris, katanya. Hanya satu mata kuliah kok, jawabku. Dia berkeringat, bisa jadi sebab kesibukannya melayani pembeli semenjak pagi. Baunya khas, bau perempuan berusia. Namun tidak kurangi gairahku buat memesrainya. Dia mulai menggelinjang kala tanganku menyelusup ke balik dasternya serta mencari gundukan buah dadanya. Kuremas- remas susunya serta kupilin putingnya. Saya jadi gemas sebab dia tidak bereaksi. Namun melanjutkan pekerjaanya memberesi pakaian- pakaian yang sudah dicucinya. Hingga sembari menciumi lehernya, tanganku terus merayap serta merayap hingga kutemukan vaginanya yang masih tertutup CD. Baru kala hendak kutarik CD nya dia berontak. Kalian pengin Tris?, Iya. Habis vaginanya lezat sih, kataku. Celana dalamnya sukses kulepaskan tanpa membuka dasternya. Sesungguhnya dia mengajakku buat main di kamarnya. Namun kutolak, saya mau dia melayaniku di kursi. Terlebih Nastiti tengah camping di sekolahnya semenjak 2 hari kemudian. Jadi saya tidak butuh khawatir ketahuan anak gadisnya itu. Serta lagi saya hanya perlu pelepasan hajat secara pendek sebab wajib menuntaskan makalah yang wajib jadi esok pagi. Jadilah sehabis sebentar menjilati vaginanya serta meremasi susunya, cuma dengan menyingkap dasternya saya mulai menyetubuhinya. Dengan posisi duduk di kursi dia kangkangkan kakinya sampai memudahkanku memasukkan penis ke liang nikmatnya. Kugenjot pelan kemudian mulai kilat, sebab nafsuku memanglah telah naik ke ubun- ubun. Tetapi pada dikala saya memuncratkan mani ke lubang vaginanya, samar- samar kulihat seorang melihati perbuatan kami. Dia merupakan Yu Narsih, pembantu saya. Kulihat dia mengintip dari balik gordin di pintu dekat kamar mandi. Warnanya dia masuk dari pintu balik rumah yang memanglah tidak terkunci. Saya langsung berdiri serta melangkah ke arah dapur. Bawah anak muda, jika lagi terdapat ingin tidak sabaran, katanya tersenyum memandang tingkahku. Dibersihkannya mani yang berleleran di dekat kemaluannya dengan daster yang dikenakannya. Dia tidak ketahui kalau sesungguhnya saya tengah berupaya mengejar Yu Narsih yang langsung menyelinap keluar sehabis perbuatanku dengan bunda kostku. Saya jadi panik, khawatir Yu Narsih hendak menggambarkan peristiwa yang dilihatnya kepada para orang sebelah. Selepas sore kutemui Yu Narsih di rumahnya. Jarak rumah Yu Narsih cuma dekat 500 m. Terpencil di tepi sawah. Saya memanglah kerap main ke rumahnya serta tahu baik dengan suaminya, Kang Sarjo yang menjabat selaku tukang becak. Perempuan berumur dekat 35 tahun serta berkulit agak hitam itu, lumayan kaget kala saya tiba. Kang Sarjo mana Yu? Oh, baru saja berangkat narik. Terdapat butuh dengan ia? Plong, lega rasa hatiku. Saya memanglah ragu, khawatir kasus yang mau kusampaikan ke Yu Narsih di dengar suaminya. Saya dipersilahkannya duduk di balai, salah satunya perabotan yang terdapat di ruang tamu rumah berdinding pagar itu. Yu Narsih juga duduk menyebelahiku. Tidak. Saya malah butuh sama Yu Narsih kok, kataku. Dengan pelan kusampaikan iktikad kedatanganku. Saya memohon Yu Narsih tidak menggambarkan apa yang dilihatnya siang tadi kepada orang- orang. Kasihan bunda kostku hendak jadi bahan gunjingan orang. Serta sepanjang ini Ia tidak ketahui jika Yu Narsih sesungguhnya sudah memergoki perbuatan itu sampai saya memintanya pula buat tidak menegur bunda kostku. Ah, aku ndak apa- apa kok Mas Tris. Aku malah yang memohon maaf, tadi nyelonong masuk, ucapnya. Namun aku tidak lezat sama Yu Narsih. Yu Narsih jangan cerita sama siapa- siapa ya, kataku lebih menegaskan. Semacam menghiba dikala saya mengantarkan itu. Iya mas. Masak aku menjelek- jelekkan Mas Tris serta bunda sih, Mendengar intensitas serta ketulusannya itu saya merasakan beban berat yang tadi menindihku menurun. Akupun langsung pamit kembali. Semenjak itu saya dengan tenang bisa memuasi bunda kostku. Saya tinggal di rumah bunda kostku hingga lulus kuliah serta sudah mendapatkan pekerjaan. Apalagi, dikala ini aku tengah dalam persiapan pernikahan dengan Nastiti, gadis tunggal bunda kostku, entah apa jadinya nanti. Post navigation Cerita SEX Ibu Kost Janda Binal PART 1 Cerita SEX Istriku Penuh Nafsu