CRTDALAM Pagi itu saya tengah padat jadwal membenahi kamarku. Suatu kamar kontrakan yang baru kutempati semenjak sebulan kemudian. Maklum, kamar berdimensi 3 x 4 m itu berdinding papan serta terletak di bagian balik rumah berdekatan dengan kamar mandi. Terlebih papannya telah banyak yang renggang serta berlubang sampai apabila malam datang, angin mudah menerobos masuk serta menebarkan hawa dingin menusuk tulang. Lebih dahulu saya hampir patah semangat kala mengalami harga sewaan kamar yang rata- rata sangat mahal serta tidak terjangkau di kota tempatku kuliah di suatu PTN. Sampai kala Bu Halimah owner warung makan simpel menawariku buat tinggal di tempatnya dengan harga sewa yang murah saya langsung menyetujuinya. Oh ya, Bu Halimah, bunda kostku itu merupakan seseorang janda berumur dekat 45 tahun. Semenjak kematian suaminya 7 tahun kemudian, dia tinggal bersama gadis tunggalnya Nastiti. Dia masih sekolah, kelas 2 di suatu SMTA di kota itu. Mereka hidup dari usaha warung makan simpel yang dikelola Bu Halimah dibantu Yu Narsih, seseorang perempuan tetangganya. Yu Narsih cuma menolong di rumah itu semenjak pagi sampai petang sehabis warung makan ditutup. Pembawaan keseharian Bu Halimah nampak sangat santun. Dia senantiasa menggunakan busana terusan panjang paling utama apabila tampak di luar rumah ataupun lagi melayani pembeli di warungnya. Sampai kendati berstatus janda dengan wajah cukup menawan, tidak terdapat pria yang berani iseng ataupun menggoda. Terdapat memanglah pria yang memohon bunda buat jadi istrinya. Namun bunda cuma mau membesarkan Nastiti hingga dia berumah tangga. Terlebih sangat susah mencari pengganti pria semacam bapak Nastiti almarhum, katanya sesuatu kala saya berkesempatan berbincang dengannya di sesuatu peluang. Di tengah kesibukanku membetulkan bilik kamar, seketika kudengar suara pintu kamar mandi dibuka. Kemudian tidak lama berselang kudengar suara pancaran air yang menyemprot kencang dari kamar mandi. Sementara itu di situ tidak terdapat kran air yang membolehkan memunculkan bunyi seragam. Hingga bersamaan dengan rasa mau ketahui yang timbul seketika, saya lekas mencari celah lubang di bilik yang berdekatan dengan kamar mandi buat dapat mengintipnya. Ah, nyatanya yang terdapat di kamar mandi merupakan Bu Halimah. Perempuan itu tengah berkemih sembari berjongkok. Bisa jadi dia sangat kebelet berkemih sampai begitu berjongkok semprotan air yang keluar dari kemaluannya memunculkan suara berdesir yang lumayan kencang hingga ke telingaku. Saya jadi tersenyum simpul memandang realitas itu. Sebelumnya saya tidak bernazar melanjutkan buat mengintip. Tetapi kala pernah kulihat pantat besar Bu Halimah yang membulat, naluriku selaku pria berusia jadi terpikat. Posisi jongkok Bu Halimah memanglah membelakangiku. Tetapi sebab dia menarik tinggi- tinggi daster yang dikenakannya, saya bisa memandang pantat serta pinggulnya. Ah, perempuan berkulit kuning itu nyatanya belum banyak kehabisan energi pikatnya selaku perempuan. Hingga kesimpulannya saya memutuskan buat terus mengintip, memandang adegan lanjutan yang dicoba bunda kostku di kamar mandi yang nyatanya membuat tubuhku panas dingin dibuatnya. Betapa tidak, sehabis berakhir berkemih, Bu Halimah langsung mencopot dasternya buat digantungkannya pada suatu tempat gantungan yang ada. Nampak dia telanjang bundar sebab dibalik dasternya dia tidak menggunakan celana dalam ataupun kutangnya. Jadilah saya dapat menikmati segala keelokan lekuk- liku badannya. Bongkahan pantatnya nampak sangat besar kendati wujudnya sudah agak menggantung. Sejoli buah dadanya yang pula telah agak menggantung, ukurannya pula terkategori besar dengan dihiasi sejoli pentilnya yang mencuat serta bercorak kecoklatan. Tetapi yang membuatku makin panas dingin merupakan adegan lanjutan yang dikerjakannya sehabis dia mulai mengguyur air serta menyabuni badannya. Karena sehabis nyaris sekujur badannya dibaluri busa sabun mandi, dia lumayan lama memainkan kedua tangannya di kedua susu- susunya. Meremas- remas serta sesekali memilin puting- putingnya. Kayaknya dia tengah berupaya membangkitkan serta memuasi birahinya oleh dirinya sendiri. Kemudian, dengan satu tangan yang masih menggerayang serta meremas di buah dadanya, satu tangannya yang lain menelusur ke selangkangannya serta menyudahi di kemaluannya yang membukit. Kemaluan yang cuma sedikit ditumbuhi bulu rambut itu, berulang kali diusap- usapnya serta kesimpulannya salah satu jarinya menerobos ke celahnya. Saya percaya Bu Halimah melaksanakan seluruh itu sembari membayangkan kalau yang mencolok- colok liang kenikmatannya merupakan penis seseorang pria. Teruji dia melaksanakan sembari merem- melek serta mendesah. Meyakinkan kalau dia memperoleh kenikmatan atas yang tengah dikerjakannya. Disodori pertunjukkan panas yang diperagakan bunda kostku, saya makin tidak tahan. Kesimpulannya, kala badannya nampak mengejang, sebab menahan birahi yang tidak terbendung serta bersamaan dengan datangnya puncak kenikmatan yang didambakan, saya juga makin kencang meremas serta mengocok kemaluanku sembari terus memelototi tingkah polahnya. Serta tubuhku turut mengejang serta merenggang kala dari ujung penisku memuntahkan sperma yang menyembur lumayan banyak. Ia nampak kaget serta berupaya mencari suatu di bilik kamar mandi yang berbatasan dengan kamarku. Bisa jadi dia pernah mendengar erangan lirih suaraku yang tidak sadar pernah kukeluarkan dikala memperoleh orgasme. Tetapi sebab saya lekas menghindar dari bilik, dia tidak pernah memergokiku. Namun, ah.. entahlah. Cuma semenjak dikala itu saya kerap mencari peluang buat mengintipnya dikala dia mandi. Apalagi pula mengintip ke kamarnya dikala dia tidur. Kamar Ia memanglah berdekatan dengan kamarku. Warnanya, buat penuhi kebutuhan biologisnya, sepanjang ini perempuan itu mendapatkannya dari bermasturbrasi. Sampai saya kerap memergoki dia melaksanakannya di kamarnya. Serta semacam Ia, tiap saya memperoleh peluang buat memandang ketelanjangannya, senantiasa saya melanjutkan dengan mengocok sendiri kemaluanku. Pasti saja sembari membayangkan menyetubuhi bunda kostku itu. Hingga kesimpulannya, mengintip bunda kostku ialah kegiatan teratur di tiap peluang bersamaan dengan gairah birahiku yang makin menggelegak. Hingga sesuatu malam, sehabis dekat 6 bulan tinggal di rumahnya, saya bermaksud keluar kamar buat menyaksikan tv di ruang tamu. Maklum semenjak sore saya terus berkutat dengan diktat serta buku- buku buat tugas pembuatan paper salah satu mata kuliah. Tetapi yang kutemukan di ruang tamu membuatku sangat terpana. Tv 17 inchi yang terdapat memanglah masih menyala serta tengah menyiarkan satu kegiatan infotainment serta disetel dengan volume lumayan keras. Tetapi salah satunya pemirsa yang terdapat, ialah Ia, nampak tertidur pulas. Dia tidur dengan menyelonjorkan kaki di kursi, sedangkan daster yang dikenakannya tersingkap lumayan lebar sampai kedua kaki hingga ke pahanya terlihat menyembul terbuka. Kala saya mendekat, badan perempuan itu menggeliat serta posisi kakinya makin terbuka sampai mengundangku buat melihatnya lebih mendekat. Berjongkok di antara kedua kakinya. Saat ini bukan cuma paha mulusnya yang bisa kunikmati. Saya pula bisa memandang organ miliknya yang sangat rahasia sebab dia tidak menggunakan celana dalam. Bibir luar kemaluannya nampak coklat kehitaman serta terlihat mengkerut. Tanda- tanda kemaluannya kerap diterobos perlengkapan kejantanan laki- laki. Sedangkan di celahnya, di bagian atas, nampak kelentitnya yang sebesar biji jagung nampak mencuat. Memandang ketelanjangan badan bunda kostku sesungguhnya sudah lumayan kerap kulakukan dikala mengintip. Tetapi melihatnya dari jarak yang lumayan dekat baru kali itu kulakukan. Degup jantungku jadi terpacu, sedangkan penisku langsung mengencang. Saya hampir mengulurkan tanganku buat mengusap vaginanya buat merasakan lembutnya bulu- bulu halus yang berkembang di situ ataupun merasakan hangatnya celah lubang kenikmatan itu. Namun khawatir efek yang wajib kutanggung apabila dia terbangun serta tidak menggemari ulahku, saya urungkan niatku tersebut. Serta tidak tahan terpanggang oleh gairah yang memuncak, kuputuskan buat kembali ke kamar. Buat beronani, meredakan ketegangan yang meninggi. Di dalam kamar, kulepaskan segala baju yang kukenakan. Kemudian berbaring telanjang diatas ranjang sehabis lebih dahulu menarik kain selimut buat menutupi badan. Semacam seperti itu umumnya saya beronani sembari membayangkan keelokan badan serta menyetubuhi bunda kostku. Cuma, baru saja saya mulai mengelus burungku yang tegak berdiri seketika kudengar pintu kamarku yang tidak pernah terkunci dibuka serta seorang nampak menerobos masuk ke dalam. Hayo, lagi ngocok yah, suara Ia mengagetkanku. Nyatanya yang membuka pintu serta masuk kekamarku merupakan bunda kostku. Ti, tidak, jawabku serta secara reflek lekas kutarik selimut buat menutupi tubuhku. Jangan bohong Tris. Bunda ketahui kok kalian kerap mengintip bunda dikala mandi ataupun dikamar. Pula tadi kalian melihati kepunyaan bunda dikala tidur di kursi kan? katanya lirih semacam berbisik. Ditelanjangi sedemikian rupa saya jadi malu serta jadi tegang. Khawatir kepada kemarahan Ia atas seluruh ulah yang tidak pantas kulakukan. Penisku yang tadi tegak menantang saat ini berkerut, bersamaan dengan kedatangan perempuan itu di kamarku serta oleh pernyataanya yang sudah menelanjangiku. Saya membungkam tidak bisa dapat bicara. Sesungguhnya bunda tidak apa- apa kok, Tris. Malah, eee.. bunda bangga terdapat anak muda yang mengagumi wujud badan bunda yang telah tua begini. Jika ingin, saat ini kalian boleh memandang seluruhnya kepunyaan bunda dari dekat serta kalian boleh melaksanakan apa saja. Asal kalian dapat melindungi rahasia serapat- rapatnya, ucapnya. Saya masih belum ketahui arah pembicaraan bunda kostku sampai cuma diam membisu. Namun, Ia sudah melepas daster yang dikenakannya. Serta dengan telanjang bundar, sehabis lebih dahulu mengunci pintu kamar, dia menghampiriku yang masih terbaring di ranjang. Duduk di tepi ranjang di sebelahku. Tidak urung gairahku kembali terpacu kendati cuma menatapi ketelanjangan badan perempuan yang lebih pantas jadi ibuku itu. Mari Tris, jangan hanya melihati begitu. Tadi kalian sesungguhnya mau memegang memiliki saya kan? Mari jalani seluruh yang mau dicoba padaku, suaranya terdengar berat kala mengucapkan itu. Bisa jadi dia sudah bernafsu serta mau dijamah. Memandang saya tidak bereaksi, saya kostku kesimpulannya mengambil insiatif. Tangannya menjulur, menarik selimut yang menutupi badan telanjangku. Batang penisku yang tegak mengacung diraihnya serta diremasnya dengan gemas. Berikutnya mengelus- elusnya lama- lama sampai saya jadi kelabakan oleh sentuhan- sentuhan lembut tangannya di selangkanganku. Serta sembari melaksanakan itu Ia mulai membaringkan badannya di sisiku dalam posisi berhadapan denganku. Hingga buah dadanya yang berdimensi besar serta semacam buah pepaya menggantung terletak pas di dekat wajahku. Saya senantiasa tidak bereaksi kendati payudaranya semacam terencana disorongkan ke wajahku. Tetapi kala dia mulai mengocok penisku serta memunculkan kenikmatan tidak terkira, keberanianku mulai terbangkitkan. Payudaranya mulai kujadikan sasaran sentuhan serta remasan tanganku. Buah dadanya telah tidak kencang memanglah, namun sebab ukurannya yang terkategori besar masih membuatku bernafsu buat meremas- remasnya. Puas meremas- remas, saya mulai menjilati pentilnya secara bergantian serta dilanjutkan dengan mengulumnya dengan mulutku. Warnanya tindakanku itu membuat gairah Ia jadi naik. Dia mulai mengerang serta makin mengaktifkan sentuhan- sentuhannya di di perlengkapan kelaminku. Ya Tris, begitu. Ah… ah lezat. Uh… uh.. terus terus sedot saja. Ya… ya. sshh ssh.. akhhh Dengan mulut masih mengenyoti susu Ia secara bergantian kiri serta kanan, tanganku mulai menyelusur ke dasar. Ke perutnya, kemudian turun ke pusarnya serta kesimpulannya kutemukan busungan membukit di selangkangannya. Kemaluan yang cuma sedikit di tumbuhi rambut itu terasa hangat kala saya mulai mengusapnya. Warnanya itu ialah daerah yang sangat peka untuk seseorang perempuan. Hingga kala saya mulai mengusap serta meremas- remas gemas, Ia mulai menggelinjang. Kakinya dibukanya lebar- lebar berikan keleluasaan padaku buat melaksanakan seluruh yang yang kuiinginkan. Terlebih kala jari telunjukku mulai menerobos ke celahnya. Lubang vaginanya nyatanya tidak hanya hangat. Namun sudah basah oleh cairan yang saya percaya bukan oleh air kencingnya. Saya jadi kian bernafsu buat mencolok- coloknya. Tidak cuma satu jari yang masuk namun jari tengahkupun turut bicara. Turut menerobos masuk ke lubang kenikmatan saya kostku. Mengocok serta terus mengocoknya sampai lubang vaginanya makin becek akibat banyaknya cairan yang keluar. Dia pula menggelinjang- gelinjang sembari terus mendesah. Ah… ah.. ah saya tidak kokoh lagi Tris. Mari saat ini kalian naik ke badan saya, bisiknya kesimpulannya. Warnanya dia telah tidak tahan akibat kemaluannya terus diterobos oleh 2 jariku. Hingga tubuhku ditarik serta menindihnya. Bawah belum memiliki pengalaman sedikitpun dengan perempuan. Ngocoks. com Kendati sudah menindihnya, penisku tidak kunjung bisa menerobos lubang kenikmatan saya kostku. Untung Ia lumayan telaten. Dibimbingnya penisku serta diarahkannya pas di lubang vaginanya. Telah, dorong masuk namun pelan- pelan. Soalnya saya telah lama melaksanakan semacam ini, bisiknya di telingaku. Bleessss! Sekali sentak amblas penisku masuk ke lubang kenikmatan saya kostku. Saya memanglah tidak mengindahkan permintaannya yang memintaku buat memasukannya lama- lama. Bisa jadi sebab tidak berpengalaman serta telah terlanjur naik ke ubun- ubun gairah yang kurasakan. Sampai dia pernah vaginaik dikala penisku menancap di lubang vaginanya. Auuu… ah. ah.. pe.. pelan- pelan Tris, shhh. ssh.. ah.. ah, Ma, ma.. maaf bu, Iya,. iya. Be… besar sekali memiliki kalian ya Tris, Punyamu pula besar serta lezat, kataku sembari terus meremasi kedua payudaranya. Tetapi baru sebagian dikala saya mulai memaju mundurkan penisku ke lubang vaginanya, desah nafasnya makin keras kudengar. Badannya terus menggelinjang serta mulai menggoyang- goyangkan pantatnya. Dampaknya baru sebagian menit game berlangsung saya telah tidak tahan. Betapa tidak, penisku yang terletak di liang vaginanya terasa dijepit oleh dinding- dinding kemaluannya. Aduh… ah.. saya tidak tahan. Ah… ah ah.. aaaaaahhh, Saya terkapar di atas badannya sehabis menyemprotkan lumayan banyak air sperma di liang sanggamanya. Indah serta melayang besar perasaanku dikala segalanya terjalin. Serta lumayan lama saya menindihnya yang memelukku erat sehabis pengalaman persetubuhan pertamaku itu. Maaf bu kilat sekali memiliki aku keluar. Jadinya hanya ngotorin Tidak apa- apa Tris. Kalian baru kali ini ya melaksanakannya? Nanti pula dapat tahan lebih lama katanya sehabis saya terbaring di sisinya sembari menenangkan gemuruh di dadaku yang mulai mereda. Post navigation Cerita SEX Istri Muda Papah part 2 Cerita SEX Ibu Kost Janda Binal PART 2