CRTDALAM Saya terbangun jam 8 pagi, sudab tidak terdapat mamaku disampingku, kemudian semacam biasa saya melaksanakan ritual di kamar mandi terlebih dulu kemudian turun ke lantai bawah mencari mamaku.

Tidak kutemukan mamaku dirumah ini, kayaknya ia lagi keluar rumah entah mengapa, tetapi kulihat di meja makan telah ada santapan, sebab lapar sehabis pertempuran tadi malam saya juga langsung melahap santapan itu.

Lagi asik melahap santapan mamaku tiba kearahku bawa kantong kresek.

“ Pagi sayang… abis darimana?” tanyaku menghentikan sarapanku

“ Pagi juga… dari minimarket, beli pembalut,” Diapun duduk di sofa seberangku

“ Yah… berarti libur ya… baby nya pula blom terdapat donk” ucapku dengan raut wajah kecewa

“ Hihi tabah donk sayang… nanti berakhir saya mentruasi kita coba lagi ya buat baby nya” ucapnya tersenyum

“ Hehe oke sayang… nanti kita coba masing- masing hari ya supaya cepet jadi baby nya” ucapku bersemangat

“ ihh gak ingin ah… nanti masing- masing hari saya pingsan lagi” balasnya menolakku tetapi dengan tersenyum menggoda

“ Oh yaudah… saya mending cari anak orang aja deh supaya kuhamili” saya pura– pura merajuk

“ kalo kalian ingin ngehamili anak orang nanti yang ngehamili saya siapa donk? Masa orang lain” lanjutnya menggodaku lagi

“ Ya akulah sayang… kalo orang lain ya palingan orang itu hendak sirna dari bumi” balasku datar

“ Hihihi becanda aja lho sayang… ayo deh masing- masing hari kita buat dedek balita, saya pula pengen banget gendong baby lagi… tentu lucu nanti liat dedek balita sama bapaknya rebutan pengen mimik cucu” ucapnya tersenyum manis sembari menggenggam tanganku

“ Nah gitu donk sayang… saya pengen anak sebelas ya supaya dapat kuajak main bola hehe” ucapku nyengir sembari kunaik turunkan kedua alisku

“ ihh terdapat– terdapat aja sih kalian mas… kalian sih lezat buat doang tinggal nanem saham di rahimku… lha saya nanti yang berbadan dua serta ngelahirinnya repot” ucapnya sewot

“ Hehe yaudah semaunya kalian aja dehh sayang” balasku cengengesan

Saya juga melanjutkan sarapanku, sesekali ditemani percakapan ringan dari mamaku. Saya sangat senang sekali atmosfer hangatnya pagi ini, melihatnya tersenyum lepas kala kucandai merupakan kepuasaan untuk diriku sendiri.

Saya senantiasa berdoa masing- masing hari buat bisa menikmati kebersamaan ini selamanya sampai akhir hayatku, saya tidak mau berpisah dengan mamaku, saya telah terlanjur sangat mencintainya melebihi apapun didunia ini.

Jam 3 Sore akupun berangkat ke arah halaman kota buat berjumpa Lala, kugunakan motor kesayanganku buat berangkat kesana supaya gampang memperoleh parkir.

Lala tadi sendiri telah memberiku pesan buat mengabari jam berapa kita berjumpa. Saya sendiri masih bimbang nanti hendak menjelaskannya semacam apa kepada lala.

Saya juga telah sampau di halaman kota, lumayan ramai oleh pemuda– pemudi serta sebagian penjual santapan serta minuman. Sehabis memperoleh tempat parkir, kulangkahkan kakiku mencari keberadaan lala.

Kutemukan lala lagi duduk di salah satu sofa halaman sembari fokus memandang hp nya.

“ Hai, udah lama La?” tanyaku sembari duduk disebelahnya

“ Eh enggak sih mas benny, baru dekat 15 menit yang kemudian” balasnya memandang kearahku, kemudian mengantongi hp nya

Lala semacam biasa tampak menawan serta menggemaskan. Walaupun berjilbab tetapi lala senantiasa tampak modis dengan ditambah kacamatanya yang senantiasa dia gunakan yang buatnya nampak lucu serta menggemaskan.

“ Oh, kalian udah makan belum la?” tanyaku lagi

“ Hmm belum sih mas” balasnya menggelengkan kepala

“ Oke yaudah ke cafe depan aja yuk… makan dahulu sekaligus supaya lezat ngobrolnya” ajakku berdiri kemudian menyodorkan tanganku

Kemudian juga menerima sodoran tanganku, ia juga turut berdiri, kita berjalan kearah seberang halaman kota, kala hendak menyeberang reflek kugandeng tangan lala, ia terlihat kaget kemudian menundukan kepalanya.

Untungnya cafe ini masih tidak sangat ramai, sehingga kita bisa tempat duduk yang saya mau, ialah di pojokan, supaya ngomongnya lebih aman aja, lebih terpelihara privasinya.

Sehabis duduk di sofa yang kuinginkan, tidak lama seseorang waiter wanita juga menghadiri meja kita.

“ Ingin pesan apa mas, mbak?” tanya waiter kepada kita

“ Saya pesen steak sama lemon tea aja mbak” jawabku kepada waiter itu

“ Eh kalian ingin pesen apa la?” tanyaku kepada lala yang sedari tadi diam

“ Emm saya spaghetti sama orange jus aja” jawabnya

“ kita pula memiliki menu istimewa buat pendamping pacar, ialah ice cream cake” tawar waiter itu

Saya lumayan kaget sebab kita dikira sejoli pacar, begitu pula dengan lala sampai kayaknya ia nampaknya mau menghasilkan suara, tetapi keburu kujawab duluan“ Yaudah boleh mbak”

“ Oh, kalian udah makan belum la?” tanyaku lagi

“ Hmm belum sih mas” balasnya menggelengkan kepala

“ Oke yaudah ke cafe depan aja yuk… makan dahulu sekaligus supaya lezat ngobrolnya” ajakku berdiri kemudian menyodorkan tanganku

Kemudian juga menerima sodoran tanganku, ia juga turut berdiri, kita berjalan kearah seberang halaman kota, kala hendak menyeberang reflek kugandeng tangan lala, ia terlihat kaget kemudian menundukan kepalanya.

Untungnya cafe ini masih tidak sangat ramai, sehingga kita bisa tempat duduk yang saya mau, ialah di pojokan, supaya ngomongnya lebih aman aja, lebih terpelihara privasinya.

Sehabis duduk di sofa yang kuinginkan, tidak lama seseorang waiter wanita juga menghadiri meja kita.

“ Ingin pesan apa mas, mbak?” tanya waiter kepada kita

“ Saya pesen steak sama lemon tea aja mbak” jawabku kepada waiter itu

“ Eh kalian ingin pesen apa la?” tanyaku kepada lala yang sedari tadi diam

“ Emm saya spaghetti sama orange jus aja” jawabnya

“ kita pula memiliki menu istimewa buat pendamping pacar, ialah ice cream cake” tawar waiter itu

Saya lumayan kaget sebab kita dikira sejoli pacar, begitu pula dengan lala sampai kayaknya ia nampaknya mau menghasilkan suara, tetapi keburu kujawab duluan“ Yaudah boleh mbak”

Sebelumnya…

“ Mam… La… saya ke kamar dahulu ya… sekaligus ingin mandi” ucap mas benny kepadaku serta kepada mamaku

“ Iya mas” ucapku serta tante nia bersamaan

Mas benny juga lalu kearah lantai 2. Saya kembali heran mengapa tante nia memanggil mas benny dengan panggilan‘ mas’ pula, kutatap wajah tante nia, diapun cuma tersenyum penuh makna.

Ah entahlah tante nia cuma menggodaku dengan mengikutiku memanggil‘ mas’ ataupun memanglah terdapat makna lain dibalik panggilan tante nia kepada mas benny.

Lanjutannya…

Dibenakku sesungguhnya banyak sekali persoalan yang ini kulontarkan kepada tante nia, semacam mengapa kemarin ia mengaku selaku istrinya mas benny, bila dibilang ia bercanda kayaknya tidak bisa jadi sebab kemarin tante nia terlihat sungguh- sungguh.

Tetapi saya memutuskan buat diam saja sebab saya sungkan bertanya kepada tante nia, biarlah persoalan– persoalan di kepalaku menimpa mas benny serta tante nia sirna sendiri, saya cuma berpikiran kalau celetukan serta tingkah laku mereka bisa jadi normal saja untuk mereka berdua.

“ Udah ayo mending temenin tante siapin makan malam buat masmu” ucap tante nia membuyarkan lamunanku

“ Eh iya tante” balasku mengiyakan

Tante nia juga berjalan kearah dapur sembari menarik tanganku. Sesampainya didapur kita juga memasak makan malam bersama buat kita bertiga, nyatanya tante nia ini ramah serta asyik pula, sementara itu awal mulanya kukira ia hendak semacam mayoritas tante– tante kaya yang umumnya jutek serta sombong.

“ Eh tan dirumah hanya berdua aja? Gak terdapat pembantu kah?” tanyaku buat berupaya mengakrabkan diri ke calon mertua, hihi ngarep banget ya.

“ Enggak la… buat saat ini ini tante maaih dapat handle seluruhnya kok… terlebih benny kalo di rumah tuh wajib tante yang masakin” balas tante nia sembari terus fokus memasak

Saya juga memasak sup andalanku buat mas benny ku tersayang hihi, saya sendiri telah terbiasa memasak jadi tidak sangat kesusahan, Saya serta tante nia juga asik sendiri dalam masakan masing– masing.

POV Lala– End

Saya turun kembali ke lantai dasar sehabis mandi, saya juga malam ini cuma mengenakan baju santai. Sebab telah waktunya makan malam hingga kubelokan langkahku ke meja makan.

Nyatanya disitu telah tersusun apik sebagian menu makan malam. Malam ini berbeda dengan malam yang lain sebab kita makan malam bertiga sebab malam ini saya serta mamaku ditemani makhlus menawan nan menggemaskan bernama Lala.

Mama serta lala juga telah duduk di kursinya masing– masing, kusenyumi mereka berdua. Saya juga duduk di sofa di seberang mereka. Kemudian kita juga mulai memakan makan malam kita diiringi dengan sebagian percakapan ringan.

“ Nyam… Hmm lezat banget ini sup mam” ucapku kepada mamaku

“ Itu buatan lala… jelaslah lezat dibikinnya pake cinta hihi” balas mamaku menggoda lala

“ ihh apaan sih tan… biasa aja kok” balas lala dengan kedua pipinya bersemu memerah sebab digoda oleh mamaku

“ Oh buatan lala… tetapi emang lezat beneran lho La… wah istriku nanti kalo dapat buat sup seenak ini sih saya tentu makan dirumah terus” candaku kepada lala sembari tersenyum

“ Eh biasa aja kali mas” ucap lala sembari menundukan kepalanya

“ Mukamu kok merah gitu la? Jadi gemesin deh hehehe” ucapku kala muka lala terus menjadi merah merona

“ Udah sayang… lala nya jangan digodain terus kasian lho udh merah gitu wajahnya hihihi” ucap mamaku menyuruhku menyudahi menggoda lala, sementara itu saya suka sekali menggoda serta mencandai lala, ekspresi nya itu lho gemesin banget.

Kita juga melanjutkan kegiatan makan malam kita sampai berakhir. Lala serta mamaku juga lalu langsung cuci piring, awal mulanya saya mau menolong tetapi mereka melarangku.

Kita bertiga juga melanjutkan bersantai di ruang keluarga, mamaku serta lala terlihat telah akrab. Mereka asik sendiri mengobrol hingga tidak memedulikan saya.

“ Kalian tau gak la? Masmu ini masih kerap tidur bareng sama tante lho… manja banget ya” ucap mamaku kepada lala

“ Terlebih masih kerap tante mandiin… sementara itu udah gede ya” ucap mamaku lagi sembari mengerlingkan matanya kearahku, diberi penekanan kala mengucapkan kata

‘ gede’ kepada lala.

Saya kaget kala mama berucap semacam itu, saya khawatir lala beranggapan yang enggak– enggak, semacam yang sepanjang ini saya serta mamaku jalani. Bisa jadi mamaku beranggapan supaya lala dapat lama- lama menerima kondisi keluargaku.

Lala juga jelaslah keliatan kaget, walaupun ia kemudian berlagak biasa saja seakan mewajarkan perihal tersebut.

“ Hihi iya tante… udah nyaris lulus sma masih aja manja ya” ledek lala kepadaku

“ Biarin weekkk… dih ngegosip mulu” balasku kepada mereka berdua sembari memeletkan lidahku

Mereka juga tertawa. Untunglah lala menyikapi omongan mamaku dengan santai semacam tidak mencurigai perihal tidak normal itu, bisa jadi bila saya masih kecil itu terbilang normal tetapi bila saya telah beranjak berusia itu sepatutnya telah jauh dari kata normal lagi.

Kayaknya mama memanglah sungguh- sungguh menjadikan lala selaku bagian dari keluarga kita, mama sedari tadi menyinggung sebagian perihal yang sesungguhnya aneh bila dicoba oleh anak serta bunda, semacam menggambarkan kalau kita memanglah kerap membagikan ciuman di bibir, mandi bareng serta perihal tabu yang lain. Mamaku menggambarkan perihal tersebut seakan perihal itu biasa saja.

Lumayan halaman kita asyik mengobrol serta bercanda bersama, lala kayaknya mulai aman terletak di keluargaku, sebagian kali ia terlihat tertawa lepas kala dicandai olehku ataupun mamaku.

Kita juga melanjutkan kegiatan makan malam kita sampai berakhir. Lala serta mamaku juga lalu langsung cuci piring, awal mulanya saya mau menolong tetapi mereka melarangku.

Kita bertiga juga melanjutkan bersantai di ruang keluarga, mamaku serta lala terlihat telah akrab. Mereka asik sendiri mengobrol hingga tidak memedulikan saya.

“ Kalian tau gak la? Masmu ini masih kerap tidur bareng sama tante lho… manja banget ya” ucap mamaku kepada lala

“ Terlebih masih kerap tante mandiin… sementara itu udah gede ya” ucap mamaku lagi sembari mengerlingkan matanya kearahku, diberi penekanan kala mengucapkan kata

‘ gede’ kepada lala.

Saya kaget kala mama berucap semacam itu, saya khawatir lala beranggapan yang enggak– enggak, semacam yang sepanjang ini saya serta mamaku jalani. Bisa jadi mamaku beranggapan supaya lala dapat lama- lama menerima kondisi keluargaku.

Lala juga jelaslah keliatan kaget, walaupun ia kemudian berlagak biasa saja seakan mewajarkan perihal tersebut.

“ Hihi iya tante… udah nyaris lulus sma masih aja manja ya” ledek lala kepadaku

“ Biarin weekkk… dih ngegosip mulu” balasku kepada mereka berdua sembari memeletkan lidahku

Mereka juga tertawa. Untunglah lala menyikapi omongan mamaku dengan santai semacam tidak mencurigai perihal tidak normal itu, bisa jadi bila saya masih kecil itu terbilang normal tetapi bila saya telah beranjak berusia itu sepatutnya telah jauh dari kata normal lagi.

Kayaknya mama memanglah sungguh- sungguh menjadikan lala selaku bagian dari keluarga kita, mama sedari tadi menyinggung sebagian perihal yang sesungguhnya aneh bila dicoba oleh anak serta bunda, semacam menggambarkan kalau kita memanglah kerap membagikan ciuman di bibir, mandi bareng serta perihal tabu yang lain. Mamaku menggambarkan perihal tersebut seakan perihal itu biasa saja.

Lumayan halaman kita asyik mengobrol serta bercanda bersama, lala kayaknya mulai aman terletak di keluargaku, sebagian kali ia terlihat tertawa lepas kala dicandai olehku ataupun mamaku.

Jam 23: 30 saya serta lala mempersiapkan kejutan buat cindy di hari ulang tahunnya, sepulang dari mall lala terus terletak di rumahku. Semenjak kuperkenalkan lala kepada mamaku 2 bulan kemudian, lala pula terus menjadi kerap mendatangi rumahku.

Mamaku saat ini telah tidur, semenjak saya kembali dari mall mamaku tadi merasa lagi tidak lezat tubuh, telah ku bujuk buat kuantar kerumah sakit ataupun klinik tetapi mamaku menolak, ia cuma mau istirahat saja.

Saya sesungguhnya takut meninggalkan mamaku sendirian dirumah dalam kondisi lagi tidak lezat tubuh semacam ini, tetapi mamaku tadi bilang ia tidak apa– apa kutinggalkan, ia mengatakan kalau cindy pula butuh dicermati.

Oh ya mamaku serta cindy sendiri belum sempat berjumpa, saya sendiri belum pernah mempertemukan mereka sebab belum terdapat waktu yang cocok sebab terus menjadi hari saya terus menjadi disibukan persiapan buat mulai mengambil alih kepemimpinan industri aset papaku, serta pula disibukan oleh persiapanku mendaftar ke universitas.

Saat ini saya serta lala telah terletak di ekspedisi mengarah kosan cindy. Saya kesana memakai mobil bmw ku. Lala terlihat telah sangat mengantuk, ia tadi telah kusuruh saja tidur dirumah tetapi ia bersikukuh mau menemaniku berikan kejutan kepada cindy.

“ La udah kalian tidur aja… nanti saya bangunkan kalo udah sampe kosan cindy” ucapku memandang lala terus menguap

“ Enggak ah mas… lala masih seger kok… lala ingin temenin mas ngobrol aja supaya gak ngantuk” balasnya sembari mengucek– ngucek matanya buat berupaya melenyapkan rasa kantuknya

“ Hmm yaudah… kita ke minimarket dahulu ya beli kemilan buat di jalur supaya gak ngantuk” ucapku membelokan mobil ke arah minimarket

Saya turun dari mobil sendirian, kusuruh lala buat menunggu saja di mobil. Saya membeli sebagian kemilan kemasan serta 2 minuman botol. Ku bayar ke kasir kemudian saya kembali masuk ke mobil.

“ Nih kemilan serta minuman kesukaanmu” ucapku membagikan kripik kemasan serta minuman coklat kesukaannya

Mata lala langsung berbinar– binar memandang kemilan serta minuman kemasan kesukaannya, langsung diambilnya kemilan serta minuman itu serta langsung di lahapnya dengan semangat. Tingkahnya semacam ini memanglah nampak kekanakan tetapi saya suka melihatnya sebab gemesin sekali memandang tingkah lala yang lucu ini.

“ Makasih mas… tau aja kesukaan lala hihihi” ucapnya sembari terus melahap cemilannya

“ Iya sama– sama la… pelan– pelan makannnya… nanti keselek lho” ucapku kala memandang mulutnya penuh oleh cemilannya hingga pipinya nampak mengembung, nampak sangat lucu.

“ Biarinn… Wekkk” balasnya memeletkan lidahnya

“ Eh ini bocah dibilangin malah ngeyel” ucapku sembari mencubit gemas kedua pipinya

“ ihh mas sakit tauu” balasnya merajuk memanyunkan bibirnya

“ Hehe iya maaf… abisnya gemesin sih”

Saya juga kembali melanjutkan ekspedisi ke kosan cindy, hingga disitu jam sudah membuktikan jam 00: 10 yang berarti telah masuk hari dimana cindy dilahirkan kedunia ini.

Saya telah bersiap dengan bawa kue serta buket bunga, lala sendiri bawa kamera ku buat mengabadikan momen ini.

Dengan penuh semangat berjalan kearah kamar kosan cindy. Lebih dahulu saya pernah menduplikat kunci kamar kosan cindy tanpa sepengetahuannya.

Kulangkahkan kaki ku mengarah kamar cindy dengan diiringi lala di belakangku, kubuka pintu kamar cindy dengan kunci yang sudah ku duplikat, ku buka pintunya dengan semangat dan…

DEGHHH…

Saya kaget kala memandang sejoli laki- laki serta wanita tertidur di ranjang tanpa sehelai benangpun dengan baju berantakan di sekitarnya. Ya perempuan itu merupakan cindy serta laki- laki di sebelahnya merupakan reno.

Pikiranku langsung melayang entah kemana, berupaya beranggapan positif tetapi buntu, telah jelas fakta 2 orang manusia berduaan di dalam kamar tanpa busana, terlebih mungkin tidak hanya mereka melaksanakan perihal menjijikan. Rasanya sangat menyakitkan bagiku serta hatiku terasa sesak seakan tertimpa palu thor.

Dadaku terasa bergemuruh, wajahku terasa panas, tanganku terkepal menahan amarah.

Mendadak raut wajahku berganti 180 derajat, saya cuma dapat terdiam dengan pemikiran kosong. Lala juga menyusulku masuk dan…

BRAKKK…

Terjatuhlah kameraku dari tangan lala, ia pula terlihat kaget kala memandang apa yang kulihat. Lala langsung terduduk di lantai sambil terisak.

Cindy serta reno juga lalu terbangun sebab mendengar suara barang jatuh serta suara isak tangis, Mereka sangat terjekut kala melihatku yang terdiam serta lala yang lagi terisak. Mereka lalu berupaya menutupi badan mereka dengan baju seadanya.

“ Sayang maafin saya” ucap cindy sembari berupaya mendekati serta memelukku, akupun lalu menjauh dari pelukannya

“ Jangan sentuh saya” balasku dingin dengan raut wajah datar

Lala masih terus terisak, sebaliknya saya telah mulai tersadar dari diamku. Reno sendiri cuma diam di tepi ranjang.

Saya sesungguhnya sangat kecewa serta marah kepada cindy, mau sekali ku maki– maki dirinya, tetapi saya senantiasa teringat perkataan kakekku dahulu kalau gimana juga keadaannya saya tidak boleh menyakiti perempuan.

“ Cindy serta reno kamu jahat… hiks… hiks” ucap lala masih terisak

“ Maafin saya la… maafin saya” balas cindy diam menundukan kepalanya dengar air mata mengalir di pipinya

Saya tau lala merasakan kekecewaan yang besar sama sepertiku, wajah sedihnya membuatku tidak tega melihatnya, hingga dari itu saya tidak membuktikan kekecewaan serta kemarahanku.

“ Oke… saya cuma ingin ngucapin selamat ulang tahun buat kalian cindy… mudah- mudahan kalian suka hadiah pemberianku serta mulai saat ini kita PUTUS” ucapku dingin sembari meletakan kue serta buket bunga diatas meja, kemudian keberikan 2 tiket konser coldplay ke tangannya.

Cindy terlihat kaget memandang hadiah pemberianku, ia langsung menutup mulutnya dengan tangannya sembari meneteskan air mata, tetapi saya tidak psduli sama sekali.

“ Mari la kita kembali” ucapku merangkulnya serta mengajaknya berdiri

Lala juga berdiri, tangisannya telah agak mereda, namum mukanya masih nampak pilu.

“ Hei reno KITA PUTUS… kalian bajingan, jadi ini yang buat kalian cuek kepadaku… serta kalian cindy… kalian bodoh cindy sudah menyia– nyiakan mas benny… kalian gak tau gimana perjuangan ia memperoleh tiket konser itu… ia hingga wajib berangkat ke jakarta tengah malam cuma buat memperoleh tiket itu..

Cindy cuma sanggup menundukan kepalanya, sebaliknya reno masih santai duduk di pinggiran ranjang seakan mengabaikan perkara ini, perihal tersebut membuatku sedikit mau memberinya pelajaran.

“ bentar la… tanganku gatal liat laki- laki tengil itu” ucapku geram berlari kearah reno lalu…

BUGHHH…

“ Argghhhh” teriak reno

Kutinju sekuat tenaga mukanya, ia langsung terlihat limbung memegangi mukanya dengan darah keluar dari hidungnya.

“ Heh kamu berdua… jangan sekali– kali lagi mendekatiku serta pula lala lagi” ucapku dingin tanpa ekspresi

Saya juga langsung berjalan kembali kearah lala kemudian menariknya buat berangkat dari tempat ini.

“ Sayang maafin aku… jangan tinggalin saya” ucap cindy meminta memeluk kakiku

“ Hahaha… kalian tau cin… saya itu orang sangat gak dapat di khianati… kita udahan hingga disini… mudah- mudahan kalian senang sama sang reno” balasku tersenyum pahit sembari membebaskan dekapan cindu di kakiku, ia terduduk di lantai kosannya sambil menghasilkan air mata tetapi saya tidak hirau lagi.

Saya serta lala langsung berangkat dari kosan cindy, kurangkul lala buat menenangkannya. Di dalam mobil lala masih nampak pilu serta sedih hati. Kujalankan mobilku dengan benak berkecamuk, saya serta lala sama– sama terdiam.

Saya sendiri masih berkutat dengan pikiranku sendiri, saya tidak menyangka cindy hendak menghianatiku. Saya sangat marah serta kecewa padanya, seluruh kemauannya senantiasa kucoba kuturuti, saya juga senantiasa bersabar mengalami tingkah lakunya yang kadangkala menyebalkan, tetapi apa balasannya? Ia berselingkuh dengan pacar sepupunya sendiri.

Apakah ini balasan sebab saya sudah bermain dengan mamaku di balik cindy? Ah tetapi kan harusnya cindy tidak hendak menghianatiku bila ia mencintaiku dengan sepenuh hati. Haha cinta terkadang menyakitkan.

Andaikan tidak terdapat lala disampingku, bisa jadi saya hendak melampiaskan kekecewaanku serta kemarahanku dengan meminum minuman beralkohol, sebab cuma itu yang bisa melenyapkan sejenak kasus di kepalaku.

Saya mau marah serta saya mau menangis buat melampiaskan kekecewaanku terhadap cindy, mau sekali rasanya kutumpahkan kekecewaan ini kepada pengendara lain yang membuatku jengkel.

Tetapi saya sadar lala pula masih perlu orang buat menenangkannya, hingga dari itu saya berupaya meredam kekecewaan serta kemaharahanku, selaku lelaki saya wajib terlebih dahulu mementingkan orang wanitaku dari pada diriku sendiri.

Mobil kujalankan mengelilingi kota bandung yang terlihat hening di dini hari ini, kami masih diam menenangkan diri masing– masing. Tidak terasa jam juga membuktikan jam 03: 00 pagi, saya juga memusatkan mobilku ke dataran besar di pinggiran kota bandung.

Kuparkirkan mobilku di pinggir jalur yang membuktikan view gemerlapnya kota bandung di dini hari dari ketinggian ini, atmosfer di dekat tempat ini sangat tenang serta aman.

Saat ini saya serta lala masih sama– sama terdiam, benak kita masih melayang– layang entah kemana, lala sendiri telah tidak terisak lagi, bisa jadi air matanya telah kering tetapi pemikirannya masih kosong.

“ Udah la… kita wajib kuat… buat apa kita memikirkan orang– orang yang sama sekali tidak memikirkan kita” ucapku kugenggam tangannya buat memantapkan lala, sementara itu diriku sendiri masih belum stabil

Lala menengok kearahku kalam saya berucap semacam itu serta memegang tangannya, matanya terlihat sembab dengan raut wajah pilu, kuraih tubuhnya serta kupeluk dirinya.

“ Kita wajib tabah ya la… kadangkala cinta memanglah menyakitkan… kita wajib dapat move on” bisikku sembari mengelus rambutnya

Lucu, kala saya berupaya menenangkan serta memantapkan orang lain tetapi hatiku serta pikiranku sendiri masih rapuh serta tidak normal, tetapi seperti itu guna lelaki, wajib dapat menyembunyikan kesedihannya serta mementingkan wanitanya.

Lala cuma mengangguk kala saya berucap menenangkan serta menguatkannya, kubuat dirinya aman serta tenang dipelukanku, saya tidak tega melihatnya begitu pilu, sangat berbeda dengan umumnya ia yang nampak riang.

“ Yaudah ayo kita keluar… bisa jadi dengan menikmati atmosfer tenang sembari memandang panorama alam kota bandung dari atas mari dapat sedikit membuat kita dapat menenangkan diri kita” ucapku kemudian membebaskan pelukanku

Saya juga membuka pintu mobilku, saya berjalan kearah pintu lala terletak, kubuka pintu itu serta kujulurkan tanganku dengan tersenyum, lala juga terlihat membalas senyumanku serta mencapai uluran tanganku.

Kugandeng tangan lala mengarah pembatas jalur di pinggir jalur, kita berdua duduk disitu sembari menghadap kearah gemerlap lampu kota bandung dibawah situ.

Lumayan lama kita berdiam diri menikmati panorama alam kota bandung dari atas mari, tangan kita masih silih menggenggam erat, tidak lama diapun menyandarkan kepalanya di bahuku. Terdengar beberap kali lala menarik nafas dalam– dalam.

“ Cindy bodoh ya mas… menyiak– nyiakan mas semacam ini… sementara itu susah lho menciptakan laki- laki senyaman ini” ucap lala pelan dengan pemikiran lurus kedepan

“ Terlebih mas ini paket komplit… ganteng, mapan, atensi, lembut kepada perempuan… ah pokoknya lengkap deh… wanita manapun harusnya tidak hendak berpaling dari mas” lanjutnya

“ Haha… saya tidak semenarik itu lala… bila yang kalian katakan benar mana bisa jadi cindy menghianatiku” ucapku tersenyum getir

“ Seperti itu Cindy… ia bodoh mas… entah apa yang ia pikirkan sampai berani menghianati mas” jawab lala

“ Kemudian gimana dengan reno? Ia pula menghianatimu la… sementara itu kalian sangat menawan, pintar, lucu, menggemaskan, ceria… apa ia pula bodoh?” tanyaku santai

“ Haha reno memanglah dasarnya saja brengsek” balas lala sedikit geram

“ Sudahlah… saya telah tidak hirau lagi dengan mereka… saya telah muak dengan mereka” ucapku malas membicarakan mereka lagi

Lala juga berdiri, ia memandang kota bandung dibawah situ, kemudian lala nampak menarik nafas dalam– dalam.

“ AAAA”

Lala berteriak kencang meluapkan segalanya keluh kesah dihatinya. Sehabis itu beban dihatinya terlihat menurun serta mukanya terlihat kembali terang.

“ Mari coba mas… lega lho” ucap lala menarikku buat berdiri

Akupun berdiri, menarik nafas dalam– dalam kemudian berteriak lepas melepas seluruh gundah gulana didalam hatiku. Saya merasa lega, saya juga tersenyum kearah lala.

“ HAHAHAHAHA” kita juga tertawa lepas bersama

Kita kembali duduk di pembatas jalur, saya serta lala terlihat telah sedikit melupakan perkara cindy serta reno. Toh tidak baik berlama lama larut dalam kesedihan serta kekecewaan, lebih baik kita terus melangkah maju kedepan.

Saya serta lala berpegangan tangan erat, lala menyenderkan kepalanya di bahuku lagi, wangi rambutnya tercium olehku walaupun terhalang oleh hijabnya.

Saya serta lala juga mengobrol ngalor– ngidul, membicarakan apa saja yang terlintas di otak kita, apalagi terkadang kita membicarakan perihal absurd. Atmosfer terasa sangat aman serta tenang untuk kita berdua.

Kita berdua silih tersenyum, silih tertawa, silih mencandai seakan perihal yang baru saja terjalin kepada kita itu tidak sempat terjalin. Kita berdua silih bercengkrama sampai tidak terasa mentari mulai menampakan sinarnya.

“ Eh la udah pagi… kita kembali yuk… mamaku tentu takut saya gak kembali” ucapku mengajak kembali lala

“ Kalian pula mending turut kembali kerumahku… rehat disana… mamaku tentu gak keberatan kok” lanjutku

“ Iya deh… terserah mas benny aja” balas lala menyetujui

Menyadari waktu sudah terasa pagi, saya serta lala juga kembali menaiki mobil. Tidak terasa tadi kami mengobrol begitu lama sampai tal merasakan kantuk sama sekali. Saya juga mulai menjalan mobilku.

Selama ekspedisi lala terus menggenggam tanganku, kepalanya terus disenderkan ke pundakku, untung saja mobilku matic. Lala juga terlihat telah sebagian kali menguap ciri mengantuk.

Ekspedisi kerumahku juga dekat 45 menit sehingga kala hingga dirumah kondisi telah cerah. Sehabis memarkirkan mobil di garasi saya berjalan masuk kedalam rumahku dengan diiringi lala di belakangku.

Sesampainya didalam rumah saya memandang mamaku lagi duduk di kursi ruang tamu, melihatku kembali, wajah mamaku terlihat terang serta matanya namoak berbinar– binar.

Perasaan ia tadi malam lagi tidak lezat tubuh, tetapi pagi ini mamaku terlihat nampak sangat bahagia serta gembira, mamaku juga berdiri kemudian dengan bergairah berjalan kearahku serta berkata…

“ Mama berbadan dua sayang… saya berbadan dua anakmu… kalian sebentar lagi jadi bapak” ucapnya kemudian memelukku erat

Saya sangat kaget, mamaku saat ini lagi berbadan dua anakku. Saya sangat bahagia mendengar kehamilan mamaku, bibirku tersenyum lebar, saya merasa jadi orang sangat senang kala itu, permasalahanku seakan sirna tidak tersisa dari pikiranku.

“ Sungguh- sungguh sayang? Kalian gak becanda kan?” tanyaku memastikan

“ Iya sayang serius… nih coba kalian liat sendiri” jawab mamaku menyerahkan testpack dengan 2 garis ciri kalau dia positif hamil

Ku pegang kedua pipinya, kutatap matanya kemudian kucium bibirnya dengan mesra meluapkan kebahagiaanku.“ Hiks… Hikss… Hiksss”

By adminmg

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *