CRTDALAM Perkenalkan namaku Dhani Anwar, saya bekerja selaku sopir sekalian tukang kebun dikeluarga Chinese yang terkategori kaya raya, kerjaku terkategori gampang ialah mengantar gadis tunggal mereka, Feilin, ke sekolah. Feilin mempunyai wajah yang menawan, agak bandel, centil serta galak, dia memiliki 2 orang sahabat akrab yang satu bernama Nia, dia bertubuh ramping serta pemalu serta yang satunya bernama Tarida yang sifatnya periang serta suka bercanda. Mereka pula cantik- cantik, putih serta lembut. Sebelumnya saya berlagak acuh terhadap aktivitas mereka bertiga tetapi lama kelamaan saya jadi penasaran apa saja yang mereka bertiga jalani di taman balik yang dengan kerasnya dilarang dimasuki olehku, rasa penasaran tiap hari terus menjadi membengkak serta saya bernazar mengintip apa saja yang mereka bertiga jalani. Pada Bertepatan pada 2 Februari Nia serta Tarida bermain kerumah serta semacam umumnya mereka bermain dihalaman balik rumah. Dengan hati- hati saya membuka pintu mengarah taman balik serta memandang suatu yang menggetarkan kalbu. Bagaikan tersambar petir disiang hari saya memandang Feilin, Nia serta Tarida lagi asyik silih meraba serta berciuman satu sama lain, baju renang menempel ditubuh mereka. Otakku langsung menyala membara dengan nafsu yang bergejolak, warnanya ini yang senantiasa dirahasiakan oleh mereka bertiga, entah telah berapa lama mereka berdua menaruh rahasia besar dihadapanku, tetapi dilihat dari metode mereka berciuman serta meraba kayaknya masih amatiran, benak kotorku langsung bekerja. “ Ehmmmm- ehem!” dengan terencana saya timbul serta mengagetkan mereka bertiga. “ Awwww!!” ketiganya sangat kaget,“ Mang Dhani mengapa sihhhh… kan udah dibilang ngak boleh masuk!” Feilin nampak jengkel serta cemberut. “ Gimana non lezat yahhhh???” Saya dengan santai mendatangi mereka. Feilin kayaknya hendak membentakku lagi tetapi Tarida seketika menarik Feilin serta berbisik suatu ditelinga Feilin,“ ihhhhhh ngakkk ahhh…” Feilin kayaknya keberatan entah apa yang dibisikkan ditelinganya. Tarida berbisik suatu lagi ditelinga Feilin. Kemarahan Feilin seketika semacam menghilang saat ini dia memandangiku dengan tatapan yang bandel.“ Iya juga…. Hmmmm” Feilin semacam menimbang- nimbang suatu, setelah itu dia mengangguk pada Tarida yang tersenyum dengan riang. Tarida menghampiriku serta setelah itu dia mengatakan“ Sebab mang Dhani telah mengintip hingga mang Dhani wajib dihukum…” Tarida terkekeh- kekeh.“ Dihukumm?” Saya bertanya tidak paham.“ Iya.. mulai saat ini Mang Dhani wajib ingin jadi boneka.. buat kami…” jawab Feilin. Saya memandang tidak paham tetapi dengan memberanikan diri Tarida menarangkan kepadaku tentang keingintahuan mereka terhadap anatomi pria, sekata demi sekata diucapkan dengan terbata- bata. “ Hmmm artinya mau amati kemaluan laki- laki begitu…?” Saya tersenyum, memandang wajah ketiga wanita Chinese dihadapanku merona merah. Tanpa banyak berkata- kata saya lekas mebuka pakaian serta celanaku serta terakhir kulepaskan celana dalamku serta perkata semacam“ Wahh….., Uhhhhh…. serta Ihhhh” terdengar dari mulut ketia wanita Chinese dihadapanku yang memandangi kemaluanku sembari melotot. Oh iya saya kurang ingat mengatakan jati diriku, saya asli orang Irian, Usiaku 54 tahun, besar tubuhku 1, 87 m serta tubuhku gendut serta besar, kulitku gelap legam serta rambutku ikal serta beruban, wajahku sebelumnya rada ganteng tetapi jadi rusak tidak karuan sebab dibakar demikian pula bagian tubuhku yang lain penuh dengan sisa cedera bakar, Untungnya kemaluanku tidak turut dibakar. Panjang kemaluanku 19. 4 centimeter dengan dihiasi oleh otot- otot yang melingkar, makanya para amoy dihadapanku melotot memandang kemaluanku yang besar serta panjang. “ Mmmhhh Mang Dhani saat ini wajib duduk disono…” Feilin mundur serta nampak gugup kala kuhampiri. Saya tersenyum, saya menuruti kemauannya serta duduk dikursi kursi.“ Nahhh… saat ini terserah kamu mau mengapa aku terima” Saya mengangkangkan kedua kakiku lebar- lebar. Tarida mendesak Feilin sembari mengatakan“ Feilin maju gihhhh!! kan sopir kalian tuh….”, Feilin bertahan tidak ingin maju sembari memandangi risih kemaluanku “ Ehhh ngakkk ahhh kalian dahulu gihhh….” Feilin malah mandorong badan Tarida. Kedua wanita itu padat jadwal silih mendesak sembari tertawa- tawa kecil, tetapi setelah itu mereka terdiam sembari memandangi Nia.“ Kalo gitu sang nia aja duluan… serbuuuuuuu” Feilin membagikan perintah serta mereka berdua mendesak Nia yang nampak gugup serta kaget.“ Ehhhhh lohhhh??? ngakkk akkhhhh duhhhh Feilinnnn… Taridaaaaaa” Nia Keluhan, dia nampak ketakutan serta menjauh dari kedua temannnya. Saat ini Saya mengocok- ngocok kemaluanku sembari memandangi daerah terutama Tarida.“ Mengapa sihhhh….” Tarida memandangiku dengan curiga, saya cuma tersenyum- senyum.“ Yang ini lebih lezat dibanding ciuman.. he he he” Saya terus mengocok- ngocok kemaluanku. Feilin saat ini berupaya mendekatiku serta dia duduk bersujud sembari memperhatikanku yang lagi asyik mengocok- ngocok kemaluanku. Tarida turut bersujud didekat Feilin sebaliknya Nia dengan malu- malu cuma berdiri disamping kedua temannya.“ Emangnya dikocok- kocok gitu seperti apa enaknya sih?” Feilin bertanya sembari mencermati tanganku yang lagi mengocok- ngocok kemaluanku. “ Wah yang tentu asyik banget non… pokoknya susah deh ngejelasinnya tetapi kalo Feilin ingin nyoba ngocok- ngocok kontol tentu ketagihan…. soalnya asyik berat deh” Saya mulai memasang jaring beracunku supaya ketiga wanita dihadapanku ingin berupaya memainkan kemaluanku. “ Nihhhh cobainn….” Saya menggeser tubuhku sembari menyodorkan kemaluanku.“ Eehhhh ngak… ngakkkk……” Feilin malah mundur, saya jadi kecewa namun… “ Ehhh……” Saya pernah tersentak nyatanya Nia yang sebelumnya pendiam saat ini turut bersujud serta tanpa ragu- ragu berani mengelus batang kemaluanku apalagi dia berani menggenggamnya. Ternyata…. hmmm…entah apa yang dikatakan Nia, tetapi yang tentu dia meremas- remas batang kemaluanku. “ Efuhh…. Niaaaaa….” Tarida nampak kaget dengan keberanian Nia, sebaliknya Feilin malah bertanya penuh selidik“ Gimana??” nyatanya Feilin penasaran.“ Hangat…. Trusss kadang- kadang berdenyut- denyut… seperti hidup….” Nia menarangkan. Saat ini Tarida mulai mengelus- ngelus batang kemaluanku“ Besar amattttt…. Ihh urat- uratnya gede…” Tarida mengomentari kemaluanku. Jari telunjuk Feilin saat ini menekan- nekan mulut kemaluanku sehingga kemaluanku berdenyut kencang, terlebih kala Feilin menarik- narik kepala kemaluanku sembari mengatakan“ hehehe seperti helm, hanya yang ini gak dapat dilepas”. Saya terus menjadi mengangkangkan kedua kakiku supaya 3 wanita Chinese yang bersujud dihadapanku bisa lebih bebas memainkan kemaluanku. Nyaris sepanjang 2 jam mereka bertiga mempermainkan kemaluanku, serta saya mulai merasakan tekanan yang besar di kepala kemaluanku serta‘ Crettt… Croottt’. Suatu seketika menyembur dengan kokoh dari kepala kemaluanku. “ Aww…. Ikkkh…aduhhhhh apaaan nihhhh” Feilin yang terletak ditengah- tengah memekik sebab bahunya tersemprot air maniku.“ Uhhh…. Lengkettt……bauuu” Tangannya berupaya membilas air maniku yang sangat banyak berceceran dibahunya. Sedangkan Tarida cekikikan mentertawakan Feilin, Nia tersenyum- senyum setelah itu menyusul tertawa terbahak- bahak. Sejak hari itu saya merambah suatu masa yang sangat mengasyikkan, saya jadi mainan 3 orang wanita Chinese yang menawan serta lembut. Pada hari itu semacam biasa saya menunggu Feilin serta sahabatnya ditempat parkir sekolah yang hening, mataku telah 5 watt sebab mengantuk tiba- tiba….“ Tok- tok- tokkkk…” Saya mendengar suara cermin mobil diketuk seorang. Lekas kubuka kunci pintu mobil serta Feilin lekas masuk kedalam. “ Mang buka cepet!” dia menyuruhku membuka celanaku. “ Hahhhh… nanti gimana jika ketauan?” saya agak tidak bebas bermain didalam mobil kijang. “ Ngak akan…. yang laen kan lagi jam isitirahat…ayo manggg buruan!” Feilin tidak sabaran mengulurkan tangannya serta memforsir membuka resleting celanaku. Saya membiarkannya melaksanakan keinginannya serta menghasilkan kemaluanku. “ Ayooo manggg keluarin yang putihnya…. saya pengen liat lagi” tangan Feilin mengocok- ngocok kemaluanku, saya paham warnanya dia mau supaya saya menghasilkan air maniku, otakku berpikir dengan kilat. “ Aduh… susahh Non, kecuali jika ingin menolong dengan….” saya tidak melanjutkan kata- kataku “ Dengan apa mang?” Feilin tidak paham dengan maksudku. “ Diisep Nonn… pake mulut.” saya memandanginya dengan tatapan meyakinkan. Feilin menghentikan aktivitas mengocok- ngocok kemaluanku mukanya merah padam tetapi bukan marah tetapi malu. Saya berupaya mengambil inisiatif, tanganku bergerak kebelakang kepalanya serta saya menarik serta memencet kepala Feilin kearah kemaluanku, “ buka mulutnya Non!” saya memerintahkan Feilin, entah mengapa Feilin yang umumnya agak bandel serta galak ini seketika berganti jadi penurut. “ Hhmmmm…” Feilin hendak menarik mulutnya kala kepala kemaluanku mulai masuk kedalam mulutnya tetapi saya memencet kepalanya lebih keras sehingga kemaluanku masuk lebih dalam kedalam mulut Feilin. “ Sedot Non… Ayoooo!” saya membujuk Feilin supaya ingin menyedot kemaluanku.“ Mmmmmmhhh… Mmmmmmmm” Feilin mulai melaksanakan sedotan- sedotannya. Saya membelai- belai rambutnya setelah itu belaianku turun kepundaknya Feilin serta lambat- laun turun mengelus- ngelus pinggul Feilin, saya tersenyum bahagia sebab umumnya Feilin tidak mengizinkan Saya buat memegang badannya tetapi saat ini tanganku merayap lambat- laun ditubuhnya. Feilin menghasilkan kemaluanku dari mulutnya, matanya memandangi kepala kemaluanku serta“ Ihhhh asinnn…” tetapi setelah itu dengan lahapnya Feilin mengemut kepala kemaluanku, dikeluarkan serta setelah itu diemutnya lagi berulang kali. “ Tenggg… tenggg… tenggg!!” seketika bel berdentang sangat keras ciri jam rehat telah usai. Feilin mendesah panjang kayaknya dia kecewa “ Telah nanti kita lanjutkan di rumah…. Tentu lebih asoyyy… serta jika ingin nanti mang ajarkan yang lebih seru.” Saya menarik pinggangnya serta“ Hmmmm… mhhh” Feilin sedikit berontak kala saya seketika mengulum bibirnya tetapi perlawanannya lambat- laun lenyap serta“ Auffff…. Telah manggg saya telah terlambatt…” Feilin mendesak bahuku kuat- kuat, setelah itu dia keluar dari mobil serta berlari kecil mengarah kelasnya. Saya tersenyum bahagia, dengan bergairah saya menunggu Feilin serta sahabatnya hingga mereka berakhir sekolah serta setelah itu dengan mengebut saya mengarah rumah Feilin. Para wanita itu masuk kedalam, sebaliknya saya buru- buru memarkir mobil setelah itu menyusul masuk kedalam rumah serta mengarah taman balik tempat dimana ketiganya telah menungguku. Tanpa basa- basi saya membebaskan baju serta celana panjangku, setelah itu duduk dibangku favoritku sebaliknya mereka duduk bersujud dihadapanku, semacam biasa mereka berebutan mengelus- ngelus serta mengocok- ngocok kemaluanku. “ Feilin ingin ngemut lagi seperti di lapangan parkir tadi tidak?” saya mulai memasang siasat baru. “ Ehhhh….” Feilin nampak kaget serta terpaku diam sebaliknya Tarida malah bertanya dengan polos,“ Ngemut apaan Fei?” sebaliknya Nia memandangi temannya, kayaknya dia masih tidak paham. “ Tadi Non Feilin di lapangan parkir ngemutin kontol Mang Dhani” saya menarangkan. pada kedua temannya apa yang terjalin tadi sewaktu jam rehat dilapangan parkirr. “ Haaahhh!” suara itu keluar nyaris bertepatan dari mulut Nia serta Tarida.“ Gilaaaa… lo Feii…. Ehhh rasanya gimana…..” Tarida bertanya pada temannya.“ Ehhhh… it- ituu….” Feilin kesusahan menanggapi. Saya langsung memanas- manasi,“ Kata Feilin siang tadi sih, rasanya lezat bangett… trusss katanya ingin dilanjutkan dirumah, malahan memohon diajari berciuman dll…dan pula memohon dijilati dirumah, terus diremas serta dielus pula teteknya” kusebutkan seluruh tipe pelajaran ngeres yang terdapat diotakku. Feilin cuma menatapku, ia tidak ketahui wajib mengatakan apa tetapi ia pula tidak membantah perkataanku. “ Ihhhh…Mang Dhani curang!” Tarida seketika ngambek. “ Lohhhh curang gimana Non?” saya tidak paham. “ Iyalah curang masak Feilin doing yang diajarin?” Nia yang agak pemalu membuka suara. “ Jadi…. Non Tarida serta Non Nia pula ingin diajari sama mang Dhani?” saya tersenyum lebar. “ Tetapi apa beneran lezat?” Nia bertanya dengan ragu- ragu. “ Sini…. Huppppp!” kuraih badan Nia serta mendudukkannya dipahaku. Nia berontak tetapi kutahan, kupeluk pinggangnya serta kusergap buah dadanya.“ Ahhhh… ehhhhhh….. Mangggg” Nia merapatkan kedua kakinya kala tanganku menyusup masuk kebalik rok seragam sekolahnya, tetapi itu seluruh tidak jadi halangan bagiku buat bisa menikmati kehalusan paha Nia. Ciuman- ciumanku mendarat dilehernya, pipinya serta pula dibibirnya yang lembut. “ Hmm…mhhh” kukulum bibir Nia sebaliknya kedua tanganku saat ini dengan aktif meremas- remas lembut kedua buah dadanya yang masih ketakutan bersembunyi dibalik pakaian seragam sekolahnya. “ Whowwwww……. Wahhhh” Tarida memandangi temannya yang merem melek sebab kuremas- remas buah dadanya. “ Jangannn ahhhh….” Nia menghindari tanganku yang hendak membuka kancing pakaian seragamnya “ Tidak apa- apa Non, lagian Non Feilin pula tadi kubuka pakaian seragamnya….. betul tidak Non Feilin? hehehe” saya berupaya menenangkan Nia. Nia memandangi Feilin seolah- olah menanti jawaban, tetapi Feilin malah memandangi dengan tatapan kebimbangan, pada dikala seperti itu saya mengambil peluang emas, dengan cekatan saya membukai kancing pakaian seragam Nia setelah itu bra putihnya pula saya lepaskan. “ Mang Dhani…. aahhh!” Nia agak keluhan kala saya dengan agresif meloloskan bra putihnya. Kedua tangan Nia berupaya menutupi kedua buah dadanya dari tatapan mataku, ambil mengelus- ngelus pahanya saya melanjutkan permainanku, kujilati lehernya yang jenjang. Saya menarik badan Nia sehingga buah dadanya sejajar dengan mulutku setelah itu kusibakkan rok seragamnya, jari tanganku mulai berkeliaran didaerah seputar selangkangannya. “ Uhhhh……” dia tersentak secara reflek kedua tangannya memegangi tangan kananku yang menyusup masuk kedalam celana dalamnya. “ Sssshhh…aahh….” Nia mendesah kala tanganku menggesek- gesek bibir vaginanya. Perlahan- halan kedua kakinya terus menjadi mengangkang kala saya terus menjadi aktif menggesek- gesek bibir vaginanya dengan lembut. “ Aowww…akhh…Mang Dhani!” mata Nia hingga terpejam- pejam kala saya memadukan seranganku dengan jilatan serta emutan dibuah dadanya yang ranum. “ Achhhh Crrrt…cccrrrttt!” badan Nia mengejang, setelah itu tanganku yang masih asyik menggesek- gesek bibir vaginanya merasakan terdapat suatu yang meleleh serta terasa sangat hangat membasahi tanganku. “ Basahhh non… dibuka aja yahh….” Saya berupaya menarik celana dalam itu supaya terlepas tetapi kedua tangan Nia mempertahankan celana dalamnya, mukanya semacam ketakutan, kukecup bibirnya yang separuh terbuka. “ Gimana Nia lezat?” Feilin bertanya pada temannya, sebaliknya Tarida yang sebelumnya riang saat ini tertegun memandangiku. Saya bangkit berdiri serta setelah itu menarik badan Feilin supaya duduk diatas kursi disebelah Nia serta mengatakan“ lebih baik Non Feilin merasakannya sendiri daripada wajib bingung” Akupun berjongkok dihadapan nona majikanku itu. Tanganku berupaya memegang bagian dada Feilin yang masih tertutup apik oleh seragam sekolahnya tetapi kedua tangannya berulang kali menepiskan kedua tanganku. Saya tersenyum saat ini wajahku yang mendekat kewajah Feilin. “ Jika ciuman seperti tadi siang boleh kan Non?” saya berupaya menegaskan Feilin pada peristiwa tadi dilapangan parkir. Dari tatapan matanya kayaknya dia lagi bingung, dalam kamusku kebingungan berarti peluang emas. Saya langsung mengulum bibirnya yang tipis itu. “ Hmmmm… Mmmmm” suara erangan tertahan Feilin, kedua tangannya saat ini melingkar ke leherku. Tanganku bergerak lambat- laun, menyusup mengelus paha mulusnya, lambat- laun sembari terus berciuman saya menyibakkan seragam sekolahnya keatas sehingga saat ini kedua tanganku bisa bergerak lebih bebas menikmati kemulusan serta kehangatan pahanya. Kedua tanganku bergerak serta saat ini sedikit demi sedikit celana dalam Feilin kutarik turun, dengan sekali sentakan kutarik celana dalam itu hingga merosot turun. “ Ihhhh!” kedua tangannya serentak mendesak bahuku sehingga ciuman kami lepas. Feilin hendak mempertahankan celana dalamnya tetapi nafsuku telah meledak- ledak, dengan agresif kutekan bahunya sebaliknya tangan yang satunya menyentakkan celana dalam Feilin hingga robek “ Brtttt…. Owww…. Plak!” Feilin kaget separuh mati kala celana dalamnya kurengut dengan paksa sehingga dia menamparku dengan keras. Saya cuma tertawa kecil, kedua tanganku saat ini menangkap kaki kanan serta kaki kirinya, kuangkat serta kudorong kedua kaki lembut itu hingga tertekuk mengangkang, setelah itu mulutku lekas menciumi selangkangannya. “ Uhhhhh… heiiii Mang akkkhhh!” Feilin menjambak rambutku serta mencakar- cakar tetapi itu seluruh tidak kupedulikan, lidahku bergerak liar menjilati bibir Miss V yang merekah itu. Kedua temannya semacam terhipnotis cuma memandang saja, mereka tertegun kaget. “ Rida… Nia…to…tolong…aww!” Feilin memekik kecil kala saya mengecup- necup agresif bibir vaginanya. Kedua temannya semacam tersadar setelah itu mereka berdua berupaya membantunya. “ Manggg Dhani sadarrr…mangggg!” Tarida berupaya menarik bahuku. “ Feilinnnn… aduhhhhh….. gimana ini?” Nia kebimbangan sebab keganasanku. Meski Nia serta Tarida berupaya keras tetapi apalah maksudnya tenaga 2 orang wanita muda dalam melawan nafsuku, perlawanan Feilin yang terus menjambak serta mencakariku meski terasa sakit tetapi terobati sebab saya bisa melampiaskan keinginanku. Saya melumat kuat- kuat bibir Miss V nona majikanku, lidahku bergerak liar mengorek- ngorek sela- sela diantara bibir vaginanya, setelah itu kujulurkan lidahku terus menjadi dalam berupaya menerobos celah- celah diantara bibir Miss V serta kukait- kait daging yang terdapat didalamnya. “ Achhhh… Mangggg Dhaniiii…jangan!” Feilin saat ini bersandar pasrah, kedua tangannya tidak lagi menjambak serta mencakariku. Kedua tangan itu saat ini meremas- remas kepalaku, dia nampak pasrah. Nia saat ini tidak menarik- narik bahuku lagi, demikian pula Tarida, keduanya silih bengong kebimbangan. Saya membebaskan kedua kaki Feilin, saat ini tanganku terjulur, satu persatu kulepaskan kancing pakaian seragamnya, kedua matanya cuma bisa terpejam rapat kala saya menarik cup branya sebelah saat ini serta mulutku mendekati buah dadanya yang saat ini terpampang begitu ranum serta fresh dihadapan mulutku. “ Slllppppp…slllpphh…” kujilati bulatan buah dada Feilin. Dia merintih kecil kala lidahku menjilati puting susunya yang mulai membeku. Saat ini cup bra sebelah kanan kutarik turun sehingga tersembullah buah dada sebelah kanannya. Dengan rakus kuhisapi buah dada itu sembari meremas- remas yang satunya secara bergantian. Sehabis puas menciumi buah dadanya, ciumanku merambat turun, keperut serta setelah itu sembari menghisap dalam- dalam aroma Miss V Feilin saya menjilati vaginanya kembali. Kedua tanganku bagaikan capit kepiting meremas- remas buah dada Feilin, sebaliknya mulutku melumat serta lidahku menjilati lubang vaginanya. “ Akhhh…mmhh…nggghhh!” Feilin mengejang serta badannya bergetar hebat, saya yang telah ketahui indikasi ini menhisap kuat- kuat lubang vaginanya serta“ Awww!!” SSrrrrrrr…cairan orgasme Feilin yang gurih tumpah kedalam mulutku, tanpa merasa jijik kutelan cairan bening itu, apalagi sisa dari cairan gurih itu saya jilati serta saya telan dengan rakus. Mataku memandangi Tarida, salah satunya dari ketiga wanita itu yang masih berpakaian utuh. “ Ehhh… Oww!!” Tarida menjauh kala saya hendak menangkapnya, dia berlari ketakutan, kukejar ia. Tarida menggapai pintu serta hendak keluar dari taman balik tetapi sayang sekali “ Aduhh lepasss…. Tidak!!” tangan kirinya sukses kutangkap serta lekas kupinting serta kutarik kembali ke taman balik, kuseret dia kehadapan Feilin serta Nia yang memandangi Tarida tanpa sanggup berbuat apapun, warnanya mereka masih shock dengan apa yang kulakukan terhadap diri mereka. Kutekan bahu Tarida sembari terus memiting tangan kirinya, dia bersujud dengan style doggy gaya, tangannya yang satu melekat dilantai buat menopang berat badannya. “ Aduhhh mangg Dhani sakittt!” Tarida mengaduh, tetapi saya tidak mempedulikannya. Tangan kananku bergerak menyibakkan rok seragamnya serta kutarik turun celana dalam putih Tarida hingga sebatas lutut, tangan kananku meremas- remas serta mengelus- ngelus buah pantatnya dengan lembut. Tangan kananku saat ini bergerak melucuti kancing pakaian seragam Tarida. Dalam posisi dipiting tangannya Tarida tidak bisa berbuat apa- apa, dia cuma bisa meminta kepadaku supaya melepaskannya. “ unngghhh!” mulutnya melenguh kala tangan kananku menysup masuk kebalik branya. Saya memiting tangannya lebih kokoh serta“ Aduhh ampunnn manggg! Aahhh!” Tarida kesakitan. “ Asal Non janji tidak lari saya hendak membebaskan Non…gimana?” saya berbisik ditelinganya. Tarida mengangguk, setelah itu kulepaskan tangan kiri Tarida saat ini kedua tangan Tarida bertumpu dilantai, dia masih tidak berani bergerak, saya bergerak dibelakangnya, kugesek- gesekkan kemaluanku diantara sela- sela pantatnya yang terasa lembut serta hangat, masih dalam posisi doggy gaya kutarik pinggangnya sehingga letaknya lebih dekat dengan tubuhku, tanganku bergerak menelanjangi baju seragamnya serta pula membebaskan branya, dari balik saya mencapai kedua buah dada montok itu. Tarida setelah itu sembari bergerak maju mundur menggesek- gesekkan kemaluanku pada sela- sela pantatnya, saya meremas- remas lembut buah dadanya. “ Hhhhssshhh… Hhhhh….” napas Tarida terdengar memburu. Lumayan lama saya memperlakukan Tarida semacam itu, setelah itu kepalaku mendekati buah pantatnya yang lagi menungging, kuciumi pahanya serta terus naik keselangkangannya dari balik mulutku menjilati Miss V Tarida yang sesekali kulanjutkan dengan menjilati lubang anusnya, apalagi sesekali lubang anus Tarida saya emut- emut. “ Ahhhh manggg….” rintihan demi rintihan keluar dari dalam mulutnya. Tarida tersungkur lemas kala kenikmatan itu menyerang dirinya. Telapak tangan kiriku bersiap- siap pas dibawah Miss V Tarida menerima lelehan air lengket yang hangat, dengan tangan kananku kukorek sisa- sisa air yang meleleh itu setelah itu saya menumpahkan cairan lengket serta licin itu pas disela- sela pantat Tarida. “ Ehhhhh…Mang!” Tarida yang masih menungging menengok kebelakang. Saya tersenyum setelah itu kuletakkan kepala kemaluanku diantara sela- sela pantat Tarida serta kugesek- gesekkan kepala kemaluanku diantara sela- sela pantat Tarida yang telah banjir oleh cairan orgasmenya sendiri, sesekali kutekankan kuat- kuat kepala kemaluanku disela- sela pantat Tarida. Sehingga dirinya tersungkur, “ Owwww duhhhhh…apa ituuuu kecrotttttt crooooootttt” Tarida merangkak menghindar setelah itu dia membalikkan badannya sembari duduk agak mengangkang diatas lantai, dia memandangi diriku, tangannya berupaya melap suatu milikku yang saat ini meleleh sangat banyak dari sela- sela pantatnya, setelah itu Tarida merangkak lagi serta naik keatas kursi, dia duduk disebelah Feilin. Ketiga wanita Chinese itu saat ini memandangiku, saya balas memandangi mereka, entah berapa lama kami silih berpandangan tanpa bicara satu sama lain. Entah apa yang dipikirkan oleh ketiga wanita Chinese yang saat ini telah bugil dihadapanku, sebaliknya saya telah tentu menikmati indahnya lekuk liku badan ketiganya. Saya saat ini bangkit serta mendatangi mereka. “ Mangg Dhaniii…. diam ahh!!” Tarida menepiskan tanganku yang hendak mencapai buah dadanya. Saya saat ini bersujud dihadapan mereka “ Gimana…. Pelajaran dari mang Dhani? Asyik kan.?” saya tersenyum.“ nanti kita belajar lagiii… mang Dhani jamin bakal lebih asikkk!” saya memutuskan secara sepihak. “ Tapiii…jangan seperti tadi ahhhh…. Kan takuttt” Nia protes “ Iya tanganku pula sakitkan manggg…. dipelintir kaya gitu!” Tarida turut keluhan, yang tidak keluhan Hanya Feilin. “ Iyaaa… nanti triknya agak beda… asal nurut… jangan lari.. terlebih melawan…he he” kupandangi ketiga pasang buah dada yang ranum serta fresh dihadapanku. “ Plakkkkk!” saya tersentak kala seketika Feilin menamparku, saya tidak paham megapa seketika dia melaksanakannya. “ Bawah brengsek!! Jangan kurang ngajar maen paksa segala…. keluar situ!!” sumpah serapah keluar dari mulutnya. Dengan hati yang pedih saya keluar dari taman belakang “ Feilinn udah dong ahh… koq agresif gitu sih!!” terdengar suara Tarida serta Nia yang mengasihani diriku. Hari itu ialah suatu kebahagiaan sekalian suatu kepedihan yang mendalam dihatiku. Harga diriku selaku pria telah dicoreng oleh Feilin, tetapi terdapat kebahagiaan diantara kepedihan sebab saya bisa menikmati kehangatan serta kemulusan badan ketiga wanita Chinese meski tidak hingga melaksanakan persetubuhan. Post navigation Cerita SEX Kakak Kandungku PART 9 Anak Majikan Dan Temannya PART 2