Cerita SEX Perempuan Polos Berjilbab Penuh CRTDALAMCerita SEX Perempuan Polos Berjilbab Penuh CRTDALAM

Cerita Sex Anak Ibu Kost Yang Masih Perawan

Disaat saya tidur sore, ia suka membangunkan saya, menyuruh supaya segera mandi. Tidak lupa sehabis itu ia mengantarkan PR- nya buat kami kerjakan bersama. Pasti saja saya suka, karean Meli memanglah anak yang baik, bersih, berkulit putih. Bapak ibunya sangat bahagia, sebab saya suka mengajarinya menyanyi oleh vocal. Selaku mahasiswa Fakultas Kesenian jurusan etnomusikologi, saya pula bahagia memainkan gitar klasikku. Terkadang dari seberangkamarku, bunda Meli suka menjajaki nyanyianku. Terlebih jika saya memetik gitarku dengan lagu- lagu nostalgia semacam Love Sotery ataupun send me the pillow.
Sore itu, saya gerah sekali. Saya menggunakan kain sarung. Biasa itu saya jalani buat mengusir rasa gerah. Seluruh keluargatau itu. Kali ini semacam umumnya saya menggunakan kain sarung tanpa pakaian semacam umumnya, cuma saja kali ini saya tidak menggunakan CD.
“ Wandy( nama samaran)…ibu berangkat dahulu ya. Temani Meli, ya,” bunda kosku separuh berteriak dari ruang tamu.
“ Ok…bu!” jawabku pendek. Saya duduk di tempat tidurku sambil membaca novel Pramoedya Ananta Toer. Saya mendengar suara pintu tertutup serta Meli menguncinya. Tidak lama Meli tiba ke kamarku. Ia cuma mengenakan minishirt. Bisa jadi karean gerah pula. Nampak jelas olehku, teteknya yang mungil baru berkembang membayang. Pentilnya yang saya rasa baru sebesar beras menyembul dari balik minishirt itu. Meli baru saja mandi. Mengenakan celana hotpant. Entah mengapa, seketika burungku menggeliat. Dikala Meli mendekatiku, langsung ia kupeluk serta kucium pipinya. Mencium pipinya, telah jadi perihal yang biasa. Di depan bunda serta bapaknya, saya telah sebagian kali mencium pipinya, terkadang mencubit pipi montok putih lembut itu.
Meli juga kupangku. Kupeluk dengannafsu. Ia diam saja, karen tidak tau apa yang bakal tejadi. Sehabis puas mencium kedua pipinya, saat ini kucium bibirnya. Biobir bagian dasar yang tipis itu kusedot lama- lama sekali dengan lembut. Meli menatapku dalam diam. Saya tersenyum serta Meli membalas senyumku. Meli berontak sat lidahku merambah mulutnya. Tetapi saya senantiasa mengelus- elus rambutnya.
“ Ulurkan lidahmu, nanti kalian hendak tau, betapa enaknya,” kataku berupaya memakai bahasa kanak- kanak.
“ Ah…jijik,” katanya. Saya terus merayunya dengan lembut. Kesimpulannya Meli menurutinya. Saya mengulum bibirnya dengan lembut. Kebalikannya kuajari ia mkenyedot- nyedot lidahku. Lebih dahulu saya berkata, jika saya telah gosok gigi.
“ Gimana, lezat kan?” kataku. Meli diam saja. Saya berjanji hendak membagikan yang lebih nikmat lagi. Meli mengangukkan kepalanya. Ia ingin yang lebih nikmat lagi. Dengan pelan kubuka minishirt- nya.
“ Malu dong kak?” katanya. Saya meyakinkannya, jika kami cuma berdua di rumah serta tidak hendak terdapat yang memandang. Saya bujuk ia jika jika ingin tau rasa lezat serta nanti hendak kubawa jajanan. Bujukanku mengena. Lama- lama kubuka minishirt- nya. Bul…. buah dadanya yang baru berkembang itu menyembul. Benar saja, pentilnya masih sebesar beras. Dengan lembut serta sangat hati- hati, kujilati teteknya itu. Lidahku bermain di pentil teteknya. Kiri serta kanan. Kulihat Meli mulai kegelian.
“ Bagaimana…enakkan? Ingin diterusin ataupun stop aja?” tanyaku. Meli cuma tersenyum saja.
Kuturunkan ia dari pangkuanku. Kemudian kuminta ia bertelanjang. Mulanya ia menolak, tetapi saya terus membujuknya serta akupun membebaskan kain sarungku, sampai saya lebih dahulu telanjang. Lama- lama kubuka celana pendeknya serta kolornya. Kemudian ia kupangku lagi. Saat ini belahan vaginanya kurapatkan ke burungku yang telah berdiri tegak bagai tiang bendera. Badannya yang mungil melekat di tubuhku. Kami berpelukan serta bergantian menyedot bibir serta lidah. Dengan kilat sekali Meli bisa menekuni apa yang kusarankan. Ia betul- betul menikmati jilatanku pada teteknya yang mungil itu.
“ Meli ingin lebih lezat lagi enggak?” tanyaku. Lagi- lagi Meli diam. Kutidurkan ia di atas tempat tidurku. Kemudian kukangkangkan kedua pahanya. Miss V lembut tanpa bulu serta bibir itu, begitu indahnya. Mulai kujilati vaginanya. Dengan lidah secara lembut kuarahkan lidahku pada klitorisnya. Naik- turun, naik- turun. Kulihat Meli memejamkan matanya.
“ Gimana, nikmat?” tanyaku. Lagi- lagi Meli yang suka grusah grusuh itu diam saja. Kulanjutkan menjilati vaginanya. Saya belum hingga hati mengganggu perawannya. Ia wajib senantiasa perawan, pikirku. Meli juga menggelinjang. Seketika ia memohon menyudahi. Dikala saya memberhentikannya, ia dengan kilat berlari ke kamar mandi. Saya mendengar suara, Meli lagi berkemih. AKua paham, jika Meli masih kecil. Sehabis ia cebok, ia kembali lagi ke kamarku.
Meli memohon lagi, supaya teteknya dijilati. Nanti jika telah tetek di jilati, memek Meli jilati lagi ya Kak? katanya. Saya tersenyum. Ia telah bisa rasa nikmat pikirku. Saya mengangguk. Sehabis ia kurebahkan kembali di tempat tidur, kukangkangkan kedua pahanya. Saat ini burungku kugesek- gesekkan ke vaginanya. Kucari klitorisnya. Pada klitoris seperti itu kepala burungku kugesek- gesekkan. Saya terencana memegang burungku, supaya tidak hingga mengganggu Meli. Sedangkan lidahku, terus menjilati puting teteknya. Saya merasa tidak puas. Meski saya pria, saya senantiasa sediakan lotion di kamarku, jika hari panas lotion itu sanggup mengghilangkan kegerahan pada kulitku. Dengan kilat lotion itu kuolesi pada bvurungku. Kemudian kuolesi pula pada Miss V Meli serta selangkangannya. Saat ini Meli kembali kupangku.
Vaginanya yang telah licin serta burungku yang telah licin, berlaga. Kugesek- gesek. Pantatnya yang mungil kumaju- mundurkan. Tangan kananku terletak di pantatnya supaya gampang memaju- mundurkannya. Sebelah lagi tanganku memeluk badannya. Dadanya yang ditumbuhi tetek munguil itu merapat ke perutku. Saya tertunduk buat menjilati lehernya. Rasa licin akibat lotion membuat Meli terus menjadi kokoh memeluk leherku. Saya pula memeluknya erat. Saat ini bungkahan lahar ingin meletus dari burungku. Dengan kilat kuarahkan kepala burungku ke lubang vaginanya. Sehabis melekat dengan kilat tanganku mengocok burung yang tegang itu. Serta crooot…crooot…crooot. Spermaku keluar. Saya percaya, ia mani itu hendak muncrat di lubang Miss V Meli. Saat ini badan Meli kudekap kokoh. Meli membalas dekapanku. Nafasnya terus menjadi tidak tertib.
“ Ah…kak, Meli ingin berkemih nih,” katanya.
“ Berkemih saja,” kataku sambil memeluknya terus menjadi erat. Meli membalas pelukanku lebih erat lagi. Kedua kakinya menjepit pinggangku, kokoh sekali. Saya membiarkannya memperlakukan saya demikian. Tidak lama. Lambat- laun jepitan kedua aki Meli merenggang. Rangkulannya pada leherku, pula merenggang. Dengan kasih sayang, saya mencium pipinya. Kugendong ia ke kamar mandi. Saya tidak memandang terdapat mani di selangkangannya. Mungkinkah spermaku merambah vaginanya? Saya tidak perduli, karean saya tau Meli belum haid.
Kupakaikan pakaiannya, sehabis di kamar. Saya makai kain sarungku. Ayo kita bobo, kataku. Meli menganguk.
“ Esok lagi, ya Kak,” katanya.
“ Ya.. esok lagi ataupun nanti. Tetapi ini rahasia kita berdua ya. Tidak boleh dikenal oleh siapapun pula,” kataku. Meli mengangguk. Kucium pipinya serta kami tertidur pulas di kamar.
Kami terbangun, sehabis terdengar suara bell. Meli kubangunkan buat membuka pintu. Mamanya kembali dengan papanya. Lagi saya pura- pura tertidur. Jantungku berdetak keras. Apakah Meli menggambarkan peristiwa itu kepada mamanya ataupun tidak. Nyatanya tidak. Meli cuma menceritakan, jika ia ketiduran di sampingku yang katanya masih tertidur pulas.
“ Telah buat PR, tanya papanya.
“ Telah siap, dibantu kakak tadi,” katanya. Nyatanya Meli secara refleks telah pandai berbohong. Selamat, pikirku.
Sehabis itu, tiap kali terdapat peluang, kami senantiasa bertelanjang. Bila peluang kecil, kami cuma cipokan saja. Saya menggendongnya kemudian mencium bibirnya.
Perihal itu kami jalani 16 bulan lamanya, hingga saya jadi sarjana serta saya wajib mencari pekerjaan.
Malam perpisahan, kami melaksanakannya. Sebab sangat kerap melaga kepala burungku ke vaginanya, kala kukuakkan vaginanya, saya memandang selaput daranya masih utuh. Masa depannya tentu masih baik, pikirku. Saya tidak mengganggu Miss V mungil itu.
Sesekali saya merindukan Meli, sehabis 5 tahun peristiwa. Saya tidak ketahui sebesar apa teteknya saat ini, apakah ia ketagihan ataupun tidak. Jika ketagihan, apakah perawannya telah jebol ataupun tidak. Mudah- mudahan saja tidak.

By adminmg

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *